BETANEWS.ID, PATI – Di balik tenangnya Desa Mojomulyo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat tumbuh lewat goresan malam dan kain putih.
Di tangan Sri Puji Astuti, Batik Pesantenan lahir bukan hanya sebagai karya seni, melainkan sebagai jembatan budaya yang memberdayakan ratusan perempuan desa dan mengangkat situs budaya lokal ke panggung dunia.
Baca Juga: Cerita Guru Honorer Pati Tekuni Kerajinan Batik, Bermula dari Bikin Seragam Sekolah
Batik Pesantenan, berbeda dari batik pada umumnya. Motifnya bukan sekadar bunga atau geometris, melainkan potongan sejarah Pati yang dituangkan dalam kain. Ada Gapura Gerbang Majapahit, Genuk Memiri, hingga flora dan fauna lokal.
“Batik Pesantenan asli Pati, karena modelnya dari nama Pati zaman Majapahit. Ciri khasnya kita mengangkat situs budaya, flora, fauna yang ada di Kabupaten Pati,” ujar Sri Puji Astuti.
Kisah Batik Pesantenan dimulai pada 2013, berkat tekad Puji untuk menghidupkan tradisi membatik di desanya. Sebelumnya, ia belajar membatik di Juwana, Pati, hingga akhirnya berani membuka usaha sendiri.
Puji mengubah butik kecilnya menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Kini, 125 pekerja yang mayoritas perempuan desa ikut andil memanah pemasukan ekonomi keluarga melalui Batik Pesantenan untuk menopang ekonomi keluarga. Mereka setiap hari menorehkan canting di atas kain, menciptakan karya-karya eksklusif yang memerlukan ketelitian luar biasa.
“Satu lembar kain batik tulis membutuhkan waktu sampai 2 minggu. Kalau ntuk motif yang rumit, satu kain bisa memakan waktu hingga tiga bulan, ” ungkapnya.
Setiap bulan, para pekerja mampu menghasilkan 400 sampai 500 potong kain batik bermotif sederhana. Harga per potongnya beragam, mulai dari Rp 200 ribuan hingga jutaan rupiah, bergantung pada tingkat kesulitan motif.
Menariknya, Batik Pesantenan kini telah menembus pasar internasional, merambah ke Malaysia, Singapura, dan Australia.
“Dalam negeri sudah. Kalau keluar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Australia,” ujarnya bangga.
Lebih dari sekadar bisnis, Puji membawa misi pelestarian budaya. Ia tak hanya fokus menjual batik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
Baca Juga: Sempat Menolak, Agus Kini Sudah 25 Tahun Dipercaya Jadi Pembuat Miniatur Kapal Lomban
“Karena batik ini kan warisan budaya nenek moyang, kalau generasi sekarang tidak dikenalkan itu mereka akan lama-lama akan hilang budaya itu, maka kita sebagai orang tua memiliki kepedulian untuk mengenalkan kepada generasi muda,” sebutnya.
Batik Pesantenan bukan sekadar motif di atas kain. Ia adalah cerita tentang semangat, tentang pemberdayaan, tentang upaya menghidupkan kembali sejarah dalam setiap helai kain, dan mengajak dunia mengenal Pati melalui karya tangan-tangan terampil masyarakatnya.
Editor: Haikal Rosyada