BETANEWS.ID, JEPARA – Bulan Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi Arif Rahman (55), perajin lampion dari Desa Purwogondo RT 03 RW 01, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.
Ditemui di kediamannya, Arif tampak telaten menyusun potongan kertas menjadi lampion berbentuk masjid. Sebelum di susun, kertas-kertas yang tersusun rapi di sudut rumahnya tersebut sudah di potong sesuai bentuk dari masing-masing lampion yang ia buat.
Baca Juga: Beri Jaminan Keselamatan Kerja, Wiwit Siapkan Insentif Bagi Pengukir Jepara
Untuk mencetak pola dari setiap bentuk lampion yang ia buat, potongan kertas tersebut tidak ia potong sendiri, tetapi ia bawa ke tukang pencetak kertas di Kota Kudus.
Selain bulan Ramadan, pesanan lampion menurutnya mulai ramai ketika bulan Sya’ban atau Ruwah. Sebab di bulan tersebut banyak masyarakat Jepara yang mengadakan tradisi baratan.
Sedangkan di bulan Ramadan pesanan lampion banyak datang dari para pedagang di Kota Kudus. Lampion tersebut menurutnya banyak dijual pada saat mendekati hari raya idulfitri sebagai persiapan pelaksanaan tradisi takbir keliling.
“Kalau Jepara biasanya ramai buat baratan di tanggal 15 Ruwah (Sya’ban), kalau puasa gini yang mesen banyak dari kudus buat takbir keliling,” katanya pada Sabtu, (8/3/2025).
Selama bulan Ramadan, jumlah lampion yang ia buat biasanya mencapai 500-600 buah. Pesanan tersebut untuk memenuhi permintaan dari para pedagang di Kota Kudus. Satu pedagang biasanya memesan sekitar 100-150 buah lampion.
“Saya pedagang ada tiga, pesannya beda-beda. Ada yang 100, 150. Minggu pertama puasa kayak gini biasanya sudah mulai pada diambil,” katanya.
Terdapat lima bentuk lampion yang ia buat. Yaitu masjid besar, masjid kecil, hello kitty, kapal, dan mobil. Untuk lampion yang tidak dilengkapi lampu, ia jual dengan harga Rp7 ribu per buah. Sedangkan yang dilengkapi dengan lampu, dijual dengan harga Rp13 ribu per buah.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Jalan Jepara-Mlonggo Mulai Diaspal
Ia mengaku sudah cukup lama menggeluti usaha tersebut. Tidak hanya dirinya, istrinya juga menjadi pengrajin lampion namun yang berbentuk impes.
“Sudah lama, sudah lima tahun lebih bikin lampion. Dulu di sini banyak yang bikin, tapi sekarang sudah jarang, paling hanya yang sepuh-sepuh,” pungkasnya.
Editor: Haikal Rosyada