BETANEWS.ID, KUDUS – Bupati dan Wakil Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris dan Bellinda Putri Sabrina Birton mempunyai program 90 hari kerja. Dalam tiga bulan tersebut, keduanya berkomitmen akan menyelesaikan berbagai persoalan mendesak di Kota Kretek, salah satunya gas bersubsidi atau elpiji 3 kilogram.
Hal itu disampaikan oleh Sam’ani pada rapat paripurna tentang penyampaian visi-misi Bupati dan Wakil Bupati Kudus di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kudus, Senin (3/3/2025).
Pada penyampaian visi misi tersebut, Bupati Kudus mengidentifikasi beberapa persoalan, salah satunya gas melon. Menurutnya, saat ini gas bersubsidi tersebut masih jadi permasalahan di Kota Kretek.
Baca juga: Gas Melon di Kudus Disebut Masih Langka, Harga di Pengecer Capai Rp50 Ribu
“Walaupun aturannya aman tetapi di lapangan masih terjadi kendala-kendala. Setelah kami amati banyak warga mampu masih menggunakan gas melon,” ujar Sam’ani.
Sebelumnya, ketika di Pendapa Kudus, usai serah terima jabatan, Sam’ani juga menyinggung persoalan gas di hadapan awak media. Menurutnya, walaupun beberapa pihak menyatakan distribusi gas sudah baik, tetapi kenyataan di lapangan masih ada masalah.
“Tak hanya distribusi gas bersubsidi, gas nonsubsidi kelihatannya juga sulit. Mungkin karena cuaca buruk, sehingga kapal ada keterlambatan untuk bersandar,” bebernya.
Gas bersubsidi memang masih menjadi persoalan serius bagi warga Kudus. Sebab, banyak warga yang masih kesulitan mendapatkan gas elpiji tiga kilogram di pangkalan sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp18 ribu.
Warga pun terpaksa membeli gas elpiji 3 kilogram di pengecer, tentunya dengan harga yang lebih mahal. Hal itu diungkap oleh warga sekaligus pedagang, Bagus Eko. Dia mengaku masih kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan rumah tangga dan usahanya.
Baca juga: Warganya Kesulitan Dapatkan Gas Melon, Begini Tanggapan Wabup Kudus Bellinda
Bahkan, untuk mendapatkan gas elpiji 3 kilogram, ia harus keliling ke beberapa desa. Ketika ada, harganya lebih mahal dari semestinya. Di Desa Prambatan Lor dan Gribig misalnya, harga per tabung ada yang Rp35 ribu, bahkan sampai ada yang menjual sampai Rp50 ribu di tingkat pengecer.
Padahal, Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Kudus telah mengajukan fakultatif (tambahan) kuota gas elpiji 3 kilogram untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi selama Ramadan hingga Hari Raya Idulfitri. Meski begitu, kuota untuk Kudus pada 2025 tetap 29.570 metrik ton.
Menurut Kabid Fasilitasi Perdagangan, Promosi, dan Perlindungan Konsumen pada Dinas Perdagangan Kudus, Minan Mochammad, pengajuan ini berbeda dari momen-momen seperti Imlek atau Isra Miraj, di mana permintaan tambahan biasanya sebesar 5 persen dari kuota bulanan.
Pengajuan itu, katanya, tidak berdasarkan jumlah ataupun persentase, melainkan hanya mengajukan kebutuhan tambahan sesuai peningkatan konsumsi masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri.
Editor: Ahmad Muhlisin