BETANEWS.ID, KUDUS – Warga Kabupaten Kudus Masih mengeluhkan kesulitan mendapatkan gas melon 3 kilogram. Karena sukar didapat, harganya pun di tingkat pengecer melambung tinggi, hingga mencapai Rp50 ribu per tabung.
Salah satu warga, sekaligus pedagang aneka sosis, Bagus Eko, mengaku kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan rumah tangga dan usahanya. Bahkan, pihaknya keliling ke beberapa daerah untuk mencari gas bersubsidi itu.
Menurutnya, ketika ada, harganya cukup tinggi dari harga semestinya. Ia menyebut, di daerah Prambatan Lor dan Gribig misalnya, harga per tabung ada yang Rp35 ribu, bahkan sampai ada yang menjual sampai Rp50 ribu di tingkat pengecer.
Baca juga: Pemkab Kudus Pastikan Stok Gas Elpiji 3 Kg Aman
“Sampai saat ini saya susah cari gas. Ada harga Rp35 ribu, bahkan ada yang sampai Rp50 ribu di pengecer. Itu di area Prambatan Lor dan Gribig,” bebernya saat menyiapkan jualannya di event Tradisi Dandangan, Selasa (26/2/2025).
Ia menjelaskan, di grup WhatsApp khusus pedagang setiap pagi selalu ada yang tanya terkait info keberadaan gas melon.
“Setiap hari di grup pedagang pasti ada yang tanya info gas. Mereka bilang berapa pun dibayar, yang penting bisa dapat untuk mencari nafkah keluarganya,” ungkapnya.
Sejauh ini, dia masih mengandalkan pengecer untuk mendapatkan gas melon. Meski harga di pangkalan jauh lebih murah, tapi hal itu dinilai dapat menguras tenaga dan pikiran, sebab harus mengantre dengan antrean yang mengular panjang.
“Teman saya bilang harga di pangkalan Rp20-22 ribu, padahal HET-nya Rp18 ribu. Tapi antreannya itu mengular panjang, jadi males, bisa capek tenaga, capek pikiran,” jelasnya.
Baca juga: Biar Tertib, Pangkalan Karmain Gunakan Kartu untuk Pembelian Gas Melon
Kelangkaan gas ini, kata Bagus, sudah berlangsung sejak sebulan lalu. Hal itu diduga akibat kebijakan pemerintah terkait pembatasan oleh pengecer. Bagus berharap Pemerintah Kabupaten Kudus lebih dapat memperhatikan ketersediaan gas, khususnya bagi pelaku UMKM kecil.
“Kalau subsidi, ya, tepat sasaran. Paling tidak kami yang jualan bisa tetap jalan. Kalau soal pasokan aman atau tidak yang dilontarkan dari Pemkab Kudus, saya kurang tahu. Tapi di lapangan, ya, begini, kita masih kesulitan cari gas,” katanya.
Akibat kelanggan gas di Kota Kretek itu, banyak pedagang yang menutup warungnya, karena kesulitan mencari gas elpiji. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pedagang di Pasar Bitingan, Arum Retno Ambarawa.
Ia menuturkan, ada sebanyak lima pelanggannya yang menutup paksa warungnya karena sulit mendapatkan gas melon. Sehingga berkurangnya pelanggan di tokonya itu juga mempengaruhi penurunan jumlah penghasilannya di tokonya.
“(Warung) yang tutup dan sering berlangganan di sini ada sekitar 5 warung, bilangnya gak dapat gas, misalnya dapat ya harganya mahal. Jadi (mereka) mending gak jualan,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin