BETANEWS.ID, KUDUS – Banjir yang terjadi di Desa Setrokalangan sejak Kamis (23/1/2025) sampai saat ini masih merendam permukiman hingga persawahan. Akibatnya, belasan hektare sawah milik petani dipastikan puso atau gagal panen.
Kepala Desa Setrokalangan, Didik Handoko, menyampaikan, desanya menjadi langganan banjir setiap tahun, akibat limpasan air dari Spillway Goleng Sungai Wulan. Tak hanya permukiman, banjir juga merendam 87 hektare sawah.
“Jadi untuk tanaman yang bisa dipastikan puso itu ada 15 hektare sawah milik petani. Karena 15 hektare itu memang ditanami, sisanya tidak ditanami. Mereka memilih tanam saat musim tanam kedua (MT 2) nanti,” ungkapnya, Senin (27/1/2025).
Baca juga: Banjir Setrokalangan Mulai Surut, tapi Akses Jalan Dukuh Karangturi Masih Lumpuh
Ia menyebut, lahan 15 hektare tersebut ditaksir mengalami kerugian mencapai Rp150 juta. Perhitungan tersebut berdasarkan modal tanam awal hingga perawatan per hektarnya sampai Rp10 juta.
“Jadi belasan hektarr itu sudah pasti puso, karena usia tanaman masa pembungaan sekitar 45-50 hari atau kalau istilah jawanya meteng. Jadi bisa dipastikan padi ini gagal panen atau puso,” ujarnya.
Lahan yang mengalami puso itu milik 20-25 petani. Menurut dia, warganya sudah mulai pintar tidak menanam di musim tanam pertama (MT 1). Hal itu disebabkan seringnya petani mengalami kerugian akibat banjir yang melanda setiap tahunnya.
“Sehingga sekitar 72 hektare sawah milik petani tidak ditanami dan tidak mengalami kerugian,” tuturnya.
Baca juga: Keluh Kesah Warga Goleng Kudus yang Selalu Jadi Langganan Banjir
Ia menambahkan, saat ini kondisi banjir masih merendam beberapa rumah warga dan akses jalan. Permukiman yang masih terendam adalah RW 2 dengan ketinggian antara 5-20 sentimeter.
“Untuk banjir saat ini di Setrokalangan sudah mulai surut. Tapi ada sebagain warga yang masih terdampak. Pengungsi juga sudah mulai pulang kemarin sore. Semoga saja banjir kering di pemukiman dan areal persawahan,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin