31 C
Kudus
Selasa, September 17, 2024

Kekeringan, Warga Pati Harus Patungan Rp10 Ribu per Hari untuk Bisa Dapatkan Air Bersih

BETANEWS.ID, PATI – Kekeringan di Kabupaten Pati, kini jumlahnya terus meluas di puluhan desa. Beberapa di antaranya, kekeringan sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir.

Kondisi tersebut, membuat warga terpaksa mengandalkan bantuan air bersih dari donatur, relawan maupun pemerintah kabupaten melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Baca Juga: Peringati HUT RI, Kelenteng Hok Tik Bio Pati Adakan Bazar UMKM

-Advertisement-

Seperti halnya yang dialami oleh warga Desa Tambahagung Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. Puluhan warga rela antre untuk bisa mendapatkan bantuan air bersih yang dikirim dari BPBD Pati, Jumat (2/8/2024).

Begitu mobil tangki yang membawa bantuan air bersih tiba, mereka secara bergantian mengambil air bersih yang sudah ditaruh di dalam kolam terpal tersebut.

Kartini, salah satu warga mengatakan, desanya mengalami kekeringan sejak tiga bulan belakangan ini. Kata dia, sumur di permukiman warga sudah kering.

Selain itu, karena letak desanya yang jauh dari Kota Pati, sehingga wilayahya sampai saat ini belum terjangkau jaringan dari Perusahaan  Daerah Air Minum (PDAM).  

“Sudah hampir tiga bulan kekeringan. Ini musim kemarau sumur tidak keluar airnya. PDAM tidak ada hanya mengandalkan air sumur,” ujar Kartini, Jumat (23/8/2024). 

Dia mengatakan, warga iuran Rp10 ribu hari untuk membeli air bersih. Uang patungan itu digunakan untuk membeli air bersih per tangki. Hal ini untuk mengantisipasi jika kiriman dari BPBD Pati telat. 

“Iuran per rumah Rp10 ribu untuk membeli air tangki yang ditampung di sini (kolam) untuk mencukupi kebutuhan air warga,” ungkapnya.

Sementara itu, Camat Tambakromo, Mirza Nur Hidayat mengatakan, ada lima desa di wilayah yang mengalami kekeringan sampai saat ini. Desa tersebut meliputi Tambahagung, Maitan, Tambaharjo, Sinomwidodo, dan Keben. 

“Laporan yang kami terima kekeringan mulai 24 Mei 2024 ini,” sebutnya.

Mirza menjelaskan, seperti kekeringan di Desa Tambahagung, sebab sumur milik warga kering. Pemerintah mencoba untuk membuatkan sumur bor, namun mata air yang didapatkan kondisinya asin. 

“Desa Tambagung ini kondisi sumur kering, apabila dilakukan pengeboran, surveinya 150 meter, tapi airnya asin. Sehingga, tidak jadi dilakukan pengeboran,” jelasnya. 

Selanjutnya Desa Maitan, kekeringan yang terjadi juga karena sumber mata air kering. Hal serupa juga terjadi di Desa Tambaharjo.

Baca Juga: Ketua STAI Syekh Jangkung Pati Dukung Demo Mahasiswa Kawal Putusan MK

Berikutnya Desa Sinomwidodo yang berada di lereng Pegunungan Kendeng tersebut karena mata air sumur terlalu dalam. Sehingga warga tidak mampu menembus sumur dalam tersebut. 

“Desa Keben juga sama, kita lakukan pengeboran dengan UGM juga belum dapat sumber yang bagus. Sementara warga mengandalkan bantuan dari BPBD, dari PMI, dan donatur yang lain,” katanya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
144,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER