BETANEWS.ID, DEMAK – Lahan seluas lima hektare di kompleks Latansa, Desa Jogoloyo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, dulunya nganggur karena tergenang air. Namun, karena kemarau panjang, pekarangan itu jadi sawah produktif ditanami padi.
Peluang itu dimanfaatkan Subadi (62) petani asal Desa Grogol, Kecamatan Karangawen. Ia mengatakan, sebelumnya lahan itu sulit ditanami padi karena tergenang air dan berubah menjadi rawa yang ditumbuhi eceng gondok. Sehingga dibiarkan menganggur oleh pemerintah Desa Jogoloyo selama tiga tahun.
Baca Juga: KPU Demak Dapat Anggaran Rp47 Miliar untuk Pilkada 2024
“Tidak bisa tanam karena airnya tidak bisa surut, karena tidak memiliki alat (irigasi). Kalau punya saya kan komplit. Padahal bekas rawa itu bagus,” katanya, Kamis (19/10/2023).
Akibat kemarau panjang, debit air rawa semakin menyusut dan mempermudah lahan ditanami padi. Untuk merubahnya menjadi sawah, Subadi kemudian mengerahkan alat-alat pertaniannya untuk mengatur irigasi.
“Orang tahunya kan rawa, tapi kenyataannya setelah saya sedot selama setengah bulan menggunakan empat diesel. Alhamdulillah berhasil, ” imbuhnya.
Menurutnya, lahan bekas rawa justru memiliki kualitas tanah yang bagus. Sehingga irit dalam penggunaan pupuk. Ia mengaku hanya menghabiskan Rp1,7 juta untuk biaya pupuk di sawahnya.
“Pupuknya sepele, cuman lima kuintal untuk satu hektare. Untuk satu hektare dikasih satu kuintal pupuk urea dan garamnya setengah kuintal. Totalnya ya lima kuintal pupuk dan garam tiga kuintal,” ujarnya.
Baca Juga: Mahfud MD Jadi Cawapres Ganjar, PDIP Demak: Itu Sesuai Keinginan Kita
Total dana yang telah dihabiskan Subandi untuk perawatan sawah di kompleks Latansa Jogoloyo sejumlah Rp70 juta. Biaya itu termasuk dengan sewa lahan, senilai Rp25 per tahun dan perawatan dari buruh petani yang ia pakai.
“Untuk tanam dan menghilangkan eceng gondok itu habis Rp70 juta, sudah tukang dan rokoknya, bibit. Jaring ini saja habis Rp15 juta,” pungkasnya.
Editor: Haikal Rosyada