Suara riuh rendah terdengar di Pusat Belajar Guru (PBG), Jalan Mlati Norowito, Gang 6, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, beberapa waktu lalu. Suara itu datang dari sejumlah guru yang tengah mengikuti simulasi pembelajaran, yang akan diterapkan di sekolahnya masing-masing. Materi pembelajaran yang tengah mereka simulasikan, yakni budaya pembelajaran berbasis inkuiri, bermain sambil belajar.
Para guru tersebut tergabung dalam Komunitas Aku Pembelajar Inkuiri (Ajari). Komunitas yang terbentuk sejak 2016 ini, diikuti oleh para guru pengajar di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Raudhatul Athfal (RA) di Kudus. Mereka terus mempelajari pembelajaran berbasis inkuiri, untuk meningkatkan kualitas generasi penerus sejak dini, melalui metode pembelajaran yang menyenangkan melalui bermain.
Ajari memiliki visi mencetak guru-guru kreatif yang mampu menjadi pemantik anak-anak untuk berpikir kritis
Vika Andina | Program Associate Bhakti Pendidikan Djarum Foundation
Kepada Betanews.id, Ketua Komunitas Ajari, Wening Damayanti mengatakan, Komunitas Ajari memiliki tugas untuk menerapkan pembelajaran berbasis bermain yang terkandung dalam budaya pembelajaran inkuiri di sekolah tempat para anggota komunitas mengajar.
Baca juga: Djarum Foundation Targetkan Bina 50 Persen PAUD di Kudus Pada 2027-2028
Dia menjelaskan, nama Ajari yang diambil dari akronim Aku Pembelajar Inkuri, dipilih agar lebih mudah diingat masyarakat. Para anggota komunitas yang telah mendapatkan materi tentang pembelajaran berbasis inkuiri, juga diminta untuk menularkan ilmunya kepada guru-guru lain di Kudus.
“Di komunitas Ajari, para guru diberikan pelatihan tentang inkuiri dan harus menerapkannya di sekolah masing-masing. Selain itu mereka juga diminta menyiapkan diri untuk menjadi fasilitator,” jelasnya.