BETANEWS.ID, DEMAK – Pagi itu, dua kendaraan roda tiga milik Satriman tampak terparkir di halaman rumah Samsuri di Jalan Demak-Kudus, Desa Megarsari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Di kendaraan itu, ada belasan jeriken yang siap diisi air dari sumur milik perorangan itu.
Satriman mengaku, semenjak kemarau, Desa Wonoketingal mengalami kekeringan. Bahkan, untuk mendapatkan air bersih, ia rela membeli air dengan jarak enam kilometer dari tempat tinggalnya.
“Saya setiap hari ambil untuk masyarakat. Karena warga sudah kekeringan semua. Tidak bisa masak dan mandi. Ada air PAM tapi telat,” katanya, Sabtu (12/8/2023).
Baca juga: 300 KK Dukuh Gandek, Karanganyar Butuh Dropping Air Bersih
Air yang ia ambil, lanjut Satriman akan dijual kembali ke masyarakat seharga Rp3,500 per jeriken. Untuk memenuhi kebutuhan warga, setiap hari ia harus mengangkut air sebanyak 200 jeriken.
“Saya empat kali bolak balik ngangkut air ke sini. Setiap hari 200 jeriken. Kalau satu desa biasanya yang mengambil lima kendaraan, truk juga ada,” imbuhnya.
Warga lain, Khayat, mengaku sudah tiga tahun mengambil air di sumur milik Samsuri. Meskipun wilayahnya di Desa Cangkring tidak mengalami kekeringan, tapi karena kondisi air yang asin, ia lebih memilih untuk membelinya.
Baca juga: Hampir Satu Bulan Desa Megonten Demak Dilanda Kekeringan, Ribuan Warga Terdampak
“Karena di Desa Cangkring itu ada Pamsimas yang airnya tidak bisa minum. Biasanya buat mandi dan cuci baju. Selain itu, warga mengandalkan air galon dan air ini,” katanya.
Selain dirinya, ada enam kendaraan lain yang juga menyuplai air di Desa Cangkring. Setiap hari, ia mengaku bisa mengangkut air hingga 1.500 liter air.
“Satu jeriken biasanya cukup untuk tiga hari per KK. Dijualnya per jeriken biasanya Rp3.500,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin