31 C
Kudus
Minggu, September 28, 2025

Industri Tenun Troso Terancam Sulitnya Regenerasi Pengrajin, yang Muda Malas Belajar

BETANEWS.ID, JEPARA – Berbagai toko Tenun Troso langsung menyapa saat memasuki Gerbang masuk Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Jepara. Toko-toko itu jadi jujugan saat hendak mencari berbagai produk dari Tenun Troso, mulai dari kain lembaran, pakaian jadi, hingga aksesoris. Sebagai sentra produksi tenun, di pekarangan rumah warga Desa Troso juga banyak dijumpai helaian benang ikat berbagai warna yang sedang dijemur.

Berdasarkan SK Nomor 9 tahun 2010, Desa Troso sudah ditetapkan sebagai desa wisata dengan potensinya berupa kain tenun. Dari 21.250 masyarakat desa Troso, terdapat 8.000 pekerja yang setiap harinya melakukan proses produksi kain tenun. Jumlah tersebut tersebar di 283 unit usaha produksi dalam skala atas sampai menengah, serta 600 lebih UMKM yang bergerak sebagai pengusaha sekaligus pengrajin.

Jumlah pekerja tersebut tidak semuanya berasal dari desa Troso. Mereka tersebar di beberapa desa bahkan ada yang di Desa Bakung, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak. Rata-rata para pekerja tersebut sudah berusia senja dan para ibu rumah tangga yang memilih untuk tidak bekerja di Pabrik.

-Advertisement-

Baca juga: Sejarah Tenun Troso: Dikenalkan Keturunan Sunan Muria, Kini Jadi Warisan Budaya Tak Benda Jepara

Carik Desa Troso, Abdul Jalil, menjelaskan, saat ini Desa Troso sendiri memang kesulitas dalam mencari regenerasi penenun kain troso. Ia mengatakan bahwa anak-anak muda di desa tersebut lebih tertarik untuk menjadi distributor dengan menjualnya di pasar online.

“Memang sulit karena disamping kita tidak punya lembaga formal yang khusus mempelajari tentang tenun, kita juga sulit regenerasi untuk mengarahkan anak-anak muda agar tertarik menekuni produksi tenun,” jelasnya saat ditemui di Kantor Balai Desa Troso, Rabu (12/04/2023).

“Jadi pemuda sekarang senangnya yang praktis. kalau bidang tenun ya senangnya menjual tenun itu tok. Untuk bidang produksi kurang tertarik,” tambah pria yang juga sebagai anggota dari Yayasan Tenun Troso Kabupaten Jepara itu.

Sebagai perangkat desa dan juga pemerhati tenun, ia merasa bertanggung jawab untuk kelestarian Tenun. Sehingga, pihak desa berusaha mensiasati dengan memberikan edukasi kepada masyarakat di luar desa. Mereka diajari proses menenun dan dibekali dengan alat tenun.

“Tapi harapannya anak-anak muda Troso bisa tertarik untuk meneruskan dan mengembangkan usaha tenun,” katanya.

Baca juga: Perajin Kain Tenun Troso Ini Pernah Diendorse Sandiaga Uno, Apa sih Keistimewaan Produknya?

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Desa Troso, Abdul Basyir yang mengatakan bahwa jumlah penenun di Desa Troso sendiri saat ini mengalami naik turun. Terlebih saat motif tenun sby sudah tidak lagi diwajibkan sebagai seragam para pejabat.

“Yang muda sudah sebagain lari ke garmen, tapi orang-orang tua yang di luar Desa Troso masih bisa menikmati Tenun Troso. Karena kerja tenun bisa disambi momong, disambi masak. Orang-orang luar desa itu pada dibawa pulang mesinnya. Jadi yang memilih tidak ke garmen masih eksis dengan bekerja sebagai penenun,” jelasnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER