BETANEWS.ID, SEMARANG – Dewi, ibu muda dua anak yang tinggal di kawasan Krobokan, Semarang Barat, sehari-harinya berkutat di depan laptopnya. Di sela-sela kesibukan mengurus keluarga dan anak-anaknya yang masih kecil, Dewi menyempatkan menyeret-nyeret tetikus (mouse) nya dan menghasilkan desain-desain yang akan dicetak untuk mug-mug pesanan pelanggannya.
Sudah tiga tahun lebih Dewi membuka usaha jualan mug yang didesainnya sendiri. Tidak percuma dirinya sempat mengenyam perkuliahan di bidang desain grafis. Kegemaran membawa berkah. Dewi yang memilih tidak bekerja formal, mendapat ide untuk menjual skillnya lewat desain mug.
Desain mug yang menjadi gaya Dewi adalah desain kartun yang bagi anak muda menggemaskan. Setidaknya penilaian itulah yang ia dapat dari tanggapan pelanggannya. Biasanya, Dewi akan mendesain model orang dari karakter nyata ke bentuk kartun. Ia akan menyertakan pernak-pernik gambar pendamping sesuai yang melekat pada kebiasaan pelanggannya.

Baca juga: Kedai Digital, Pusatnya Pembuatan Merchandise Terlengkap di Kudus
âMisal, pelanggan yang berprofesi sebagai dokter akan saya desain dengan pernak-pernik alat kedokteran. Contoh lain misalnya, pelanggan yang memiliki hobi motor atau musik, saya akan menyertakan gambar pendukung motor atau alat musik,â ujarnya.
Setelah desainnya jadi, barulah Dewi mencetaknya di mug menggunakan mesin pres. Langkah terakhir di pengepakan. Langkah ini menjadi andalan Dewi pula sebagai daya tarik produknya. Selain mengepak dengan aman, ia mempercantik kemasan dengan berbagai aksesori. Salah satunya mengikatnya dengan pita cantik sebagai hiasan, sekaligus mencegah kardus bertampilan elegannya terurai.
Dewi mematok produk jualannya seharga Rp 35 ribu per mug. Untuk pembelian jumlah banyak, Dewi menjanjikan potongan harga per mugnya. Jika dilihat dari tingkat kesulitan dan penghargaan kualitas seni maupun tampilan pengepakannya, harga tersebut tentunya tidak mahal bukan?
Dewi mengklaim, produknya pantas dijadikan pula sebagai souvenir untuk diberikan pada kolega maupun kawan atau saudara pemesannya. Biasanya, pemesan akan minta pengemasan berbungkus kertas kado. Lalu pemesan tinggal memberi alamat tujuan pihak yang akan mereka kirimi mug.
Tak hanya itu, Dewi juga memberi opsi tambahan dalam paket mugnya. Sejauh yang sudah ia kreasikan, Dewi memberi opsi penambahan tas kain atau t-shirt yang juga dicetak gambar desain sesuai mug pesanan. Selain itu, Dewi juga menyediakan opsi penambahan paket berupa kopi atau teh bubuk dalam toples kecil. Dengan semangat, Dewi pun berujar, akan terus menambah inovasi-inovasi lain sebagai opsi penambahan paket mugnya.
Awal Dewi dalam merintis usahanya tidak semulus jalan tol. Pandemi Covid-19 lalu menjadi masa sulit Dewi dan keluarganya. Suaminya yang saat itu kehilangan pekerjaan, semakin membuat keuangan keluarga terpuruk.
âTapi benar juga istilah rezeki selalu ada saja jalannya. Usaha jualan mug custom yang saya rintis sejak sebelum pandemi menuai hasil. Sedikit demi sedikit, pesanan mug customnya semakin bertambah,â ungkapnya.
Dewi yang berdarah wirausahawan dari orang tuanya ini, sebelumnya tak hanya sekali dua kali menjajal peruntungan lewat dagang. Di antaranya, masih seputar kerajinan. Ia pernah jualan bantal atau boneka kain berdesain sesuai gaya seninya. Ia pun juga pernah jualan souvenir boneka kain dalam figura macam lukisan, lagi-lagi dengan selera desainnya.
Barulah terakhir, yang ia jalani sekarang, Dewi mulai mantab berjualan mug custom yang ia labeli By_Kissmiss. Kemantaban Dewi ini beralasan karena kreasi barunya ia rasa lebih menjual dan laku di pasaran.
Ketika pesanan mulai membanjir di awal pandemi, Dewi memutuskan mendaftarkan usahanya melalui Online Single Submission (OSS), yang merupakan sistem perizinan usaha oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Baca juga: Totebag Karya Anak-Anak Berkebutuhan Khusus di Stadion Manahan yang Laris Manis
Dari perizinan ini, ia pun mendapat Nomor Induk Berusaha (NIB), yang artinya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) miliknya telah legal beroperasi.
Lapak online menjadi pilihannya untuk melakukan jual beli. Setidaknya pasar digital ini sementara jadi andalan utama yang memudahkan Dewi agar tidak banyak melakukan aktivitas luar rumah, sebagaimana jual beli tatap muka. Meski begitu, Dewi sebenarnya masih menyimpan cita-cita besar untuk membuat gerai mug fisik.
Dewi saat ini masih menggunakan satu platform e-commerce, Shopee, untuk lapaknya. Sedangkan untuk mempromosikan usahanya, Dewi menggunakan jejaring dan media sosial, seperti instagram. Pilihan tersebut ia ambil karena Dewi menargetkan segmen pasar anak muda. Sebagaimana umumnya, anak muda banyak menggunakan platform e-commerce dan media sosial untuk belanja dan berjejaring.
Editor: Kholistiono