31 C
Kudus
Jumat, April 18, 2025

Peringati Hari Tani, Puluhan Pegiat Seni di Semarang Gelar Festival Memedi Sawah

BETANEWS.ID, SEMARANG – Dalam rangka memperingati Hari Tani yang jatuh tanggal 24 September, sejumlah pegiat seni di Semarang menggelar Festival Memedi Sawah. Kegiatan ini, sebagai bentuk aksi dan dukungan untuk petani di Indonesia, khsusnya Semarang.

Ketua Panitia Festival Memedi Sawah Riski Riansyah menjelaskan, dalam rangka Peringatan Hari Tani, pegiat seni di Semarang mengadakan beberapa kegiatan sebagai aksi kecil yang mendukung petani.

Kegiatan tersbebut antara lain, nonton bareng dan diskusi mata air (26-28 September), Festival Memedi Sawah dan Panggung Tani (23-25 September), dan kertas posisi dengan tema Jawa Tengah Darurat Pangan (25-26 September).

-Advertisement-
Festival Memedi Sawah yang digelar puluhan pegiat seni di Semarang dalam rangka Hari Tani. Foto: Kartika Wulandari.

Baca juga: Drone Pertanian Karya Lulusan Universitas Inggris Ini Bisa Pupuk 100 Hektare Sawah Sehari

“Untuk pembukaann Festival Memedi Sawah tadi malam, Jumat (23/9/22). Untuk yang menggelar kegiatan ini banyak, ada dari Guyub TBRS, Dekase, Walhi, Setara, dan masih banyak lagi. Kemudian untuk yang datang tadi malam kebanyakan memang dari mahasiswa, pegiat seni, dan warga Semarang,” katanya.

Lebih lanjut, Riski menjelaskan, untuk tema yang diangkat dalam Festival Memedi Sawah adalah “Eling Sing Nandur Pari”. Adapun esensi yang ingin disampaikan, yaitu untuk selalu mengingat para petani, karena sehari-hari nasi yang merupakan makan pokok semua masyarakat, ada petani yang menanam padi.

Kemudian untuk jumlah instalasi memedi yang ditampilkan ada 30, dengan beberapa tulisan-tulisan kritik.

“Jadi di Hari Tani ini untuk mengingatkan kita yang hidup di kota, yang setiap harinya makan nasi. Jangan sampai lupa kalau ada petani yang menanam padi, sehingga kita bisa makan nasi,” jelasnya.

“Awalnya kita mau buat 100 instalasi memedi sawah, tapi karena tempatnya tidak cukup, akhirnya kita buat 30 saja. Dan beberapa memedi kita juga pasang tulisan kritikan, seperti petani mati di lumbung padi, kami yang tanam tapi sulit makanya, dan masih banyak tulisan lainya,” tambahnya.

Sementara itu, Babahe, Pegiat Seni Semarang berharap, dengan adanya aksi kecil seperti ini, bisa mengajak masyarajat untuk lebih peduli kepada petani dan saling gotong royong tanpa merasa siapa yang paling hebat.

“Harapanya saya pribadi dengan adanya aksi anak muda semacam ini, suara yang digemborkan bisa diapresiasi dan ditindaklanjuti. Sementara dalam rangka Hari Tani, kita yang setiap hari makanan nasi yang merupakan makanan pokok kita, kita berikan timbal kasih yang sama-sama hidup, kita suport memberikan semangat pak tani,” katanya.

Baca juga: Tak Butuh Banyak Air dan Biaya Operasional Minim, Petani di Wonogiri Banyak yang Beralih ke Sorgum

Babahe pun menyebut, sebenarnya petani tidak ingin kaya tapi juga bisa kaya. Artinya kebahagiaan petani itu sebenarnya sederhana, karena ketika sawahnya tumbuh, berswal dari awal menanam, kemudian tumbuh, kemudian begitu besar dan panen dia senang.

“Di situ letak bahagianya petani, sederhana. Saya sebut petani itu hidupnya sederhana, petani itu definisi manusia yang cinta tanah air secara riil, karena mereka tidak bisa lepas dari dua itu. Karena kalau dia tidak mencintai tanah, padinya akan menjawab, kemudian jika dia tidak mencintai air, maka hasil tanamanya juga akan menajwab. Ini akibat kalau kamu tidak mencitani air, aku akan tumbuh yang demikian,” tutupnya.

Editor: Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER