BETANEWS.ID, SOLO – Lonjakan kematian setelah terkena Covid-19 di Kota Solo meningkat dalam sebulan terakhir. Hal tersebut berdampak kepada jumlah permintaan peti yang meningkat, hingga membuat pasokan bahan baku menipis.
Pemilik Pusat Toko Peti Mati Bangoen Indah, Bambang mengaku menolak pesanan karena tidak memiliki stok. Kenaikan permintaan tersebut dikatakannya selama sebulan belakangan.
“Permintaan sekarang sehari lebih dari 10, bahkan kita nolak-nolak juga karena memang keterbatasan stok dan lebih banyak permintaan. Sampai dua minggu belakangan ini kita sampai nulis di depan kalau habis karena memang banyak yang datang dan tanya gitu,” paparnya di toko yang berada di Jalan Kolonel Sugiyono No 200 itu, Kamis (15/7/2021).
Bambang mengataka,n permintaan di tokonya berasal dari berbagai wilayah, terutama di Solo. Dirinya juga mengatakan bahwa permintaan peti mati selama setahun Pandemi covid-19 mengalami kenaikan drastis, bahkan sering kehabisan stok. Pihaknya pun kewalahan untuk memenuhi permintaan.
Baca juga: Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Positif Covid-19
“Bahan bakunya juga sulit, jadi itu adalah satu kendala kenapa nggak bisa suplai permintaan. Jadi permintaan meningkat bahan baku sulit. Produksinya sehari kan terbatas tidak bisa penuhi permintaan sebanyak itu. Karena bahannya juga habis jadi terpaksa kita nggak bisa produksi,” ujarnya.
Bambang menambahkan, pesanan yang ia terima selain dari perorangan, juga melayani beberapa rumah sakit daerah hingga rumah sakit swasta. Selama permintaan yang terus naik, dirinya tidak menaikkan harga, yaitu mulai dari Rp 400 ribu hingga jutaan rupiah.
Tak jauh berbeda, pemilik toko peti mati UD Mitra Baturono yang berlokasikan di Jalan Veteran, Nomor 5, Joko Widodo mengatakan, beberapa pekan terakhir, permintaan peti mati mengalami lonjakan. Lonjakan tersebut menurutnya hampir 4 hingga 5 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
“Dulunya per hari cuma 1, 2 kadang 4 kalau hari ini tidak bisa kita pastikan berapa. Permintaan akhir-akhir ini per rumah sakit kadang tiap hari 10 itu ada, belum lagi di kampung dan sebagainya.
Dirinya mengaku bekerja sama dengan rumah sakit Bung Karno dalam memenuhi permintaan peti mati. Namun tidak menutup kemungkinan juga, dirinya juga melayani rumah sakit lain ataupun perorangan.
Baca juga: Kasus Covid-19 Tinggi, Toko Perlengkapan Jenazah di Kudus Kehabisan Batu Nisan Dewasa
“Tapi sudah dua minggu ini saya pasrah, nggak ada barang. Bahan baku habis juga, permintaan dari rumah sakit maupun umum langsung meningkat drastis jadi untuk mengejar itu susah. Juga bahan baku, tukang, sampai waktu pembuatan itu ditunggu dari RS hari ini bawa sekian gitu,” kata dia.
Diperkirakannya, setiap tukang bisa mengerjakan hingga 5 buah peti dalam sehari. Namun, karena dirinya tidak memproduksi, jika tidak ada supplier yang tidak menyetok di tokonya, Joko mengaku terpaksa tidak berjualan.
“Saya nggak bisa jualan dengan harga yang terlalu ekstrem. Misal kalau kenaikan ya normal aja tapi kalau kenaikan itu berlipat ya mending saya nggak jualan aja,” ujarnya.
Dirinya mengaku tidak menerima permintaan peti dari rumah sakit sudah dua minggu yang lalu. Hal tersebut dijelaskannya karena tidak adanya barang di tokonya. Saat ini, dia mengatakan hanya tersisa dua buah peti saja yang tersisa.
“Mungkin saat ini juga permintaan dari beberapa daerah Sragen, Boyolali, Klaten larinya ke Solo, sampai harga berapapun di bayar karena memang mereka sangat membutuhkan,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin