BETANEWS.ID, KUDUS – Terlihat dua marionette (boneka tali) terpajang di RUS Animation Studio, SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus. Boneka tersebut merupakan bagian dari proses pembuatan film animasi berjudul Unstring Your Heart yang dibuat pada tahun 2018 lalu.
Dewi Sekar Ayu Kinasih (19) menjelaskan, jika film itu menggambarkan Lawang Sewu, Semarang pada kisaran tahun 1930. Dengan mengangkat cerita tentang pemain boneka tali yang awalnya saling bersaing. Tetapi akhirnya mereka bisa bekerja sama dan menjadi lebih baik.

Baca juga : Unstring Your Heart, Film Animasi Realis Pertama dari Pelajar SMK RUS yang Mendunia
“Waktu zaman Belanda di sana banyak pemain boneka tali. Harapan kami, dengan film ini dapat memperkenalkan kembali kalau boneka tali merupakan mainan dan hiburan dari Indonesia. Jadi dari sini kami ingin mengangkat budaya lokal,” katanya, Rabu (6/1/2021).
Menurut Sekar sapaan akrabnya, semua film-film yang diproduksi oleh SMK RUS Kudus mengacu pada kearifan lokal. Pada film Unstring Your Heart itu, pihaknya mencari sisi unik dari Semarang di tahun 1930. Setelah tiga bulan riset informasi, akhirnya disepakati ide cerita tersebut.
“Ini film pertama yang tanpa dialog, jadi lebih sulit untuk menyampaikan pesan. Selain gambar, kami juga perlu menyampaikan pesan melalui musik, jadi musiknya juga harus kuat untuk memggambarkan suasana. Bahkan kami meminta bantuan adik kelas, karena memang susah, dan butuh orang yang ahli di bidang musik,” jelasnya.
Baca juga : SMK RUS, Sekolah Animasi Kualitas Internasional yang Punya Fasilitas Keren
Production coordinator sekaligus animator film Unstring Your Heart itu melanjutkan, pihaknya juga sempat kesulitan untuk melakukan riset kostum karakter di tahun 1930. Dikarenakan pakaian harus detail, agar pesan yang ingin disampaikan bisa lebih jelas.
“Pesan film ini sih kalau mengerjakan sesuatu dengan bersama-sama, maka hasilnya bisa lebih baik. Judulnya kan melepaskan ikatan hati, di situ menceritakan seorang pria yang awalnya gak mau kolaborasi. Karena ada kejadian boneka hilang, kemudian seolah-olah boneka punya jiwa untuk mempertemukan, dan akhirnya bisa kolaborasi. Sehingga menjadi lebih baik tanpa persaingan,” terangnya.
Editor : Kholistiono