BETANEWS.ID, KUDUS – Wabah Covid-19 telah menekan ekonomi dan berdampak pada menurunnya sebagian besar pendapatan penduduk di Kabupaten Kudus. Penurunan pendapatan ini berimbas pada menurunnya pengeluaran rumah tangga secara umum.
Jika dihitung dari jumlah keseluruhan penduduk di Kudus, ada 275.115 Kartu Keluarga (KK), dengan jumlah penduduk 875.999 jiwa. Dan angka penurunan rata-rata per kapita dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2020, menunjukan Rp 158 ribu.
Baca juga : Bayi yang Lahir Tahun 2020 Punya Harapan Hidup Lebih Panjang, Ini Penjelasan BPS
Pada tahun 2019 jumlah rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp 11,318 juta, sedangkan di tahun 2020 menurun jadi Rp 11,160 juta. Jika angka penurunan dalam satu tahun Rp 158 ribu itu, dikali jumlah penduduk Kudus 875.999 orang, maka total penurunan pengeluaran warga Kudus sebesar Rp 138,407 miliar.
Rahmadi Agus Santosa (55), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus mengatakan, penurunan tersebut tak lepas dari dampak Covid-19.
“Penurunan tingkat pengeluaran tentu terpengaruh adanya dampak Covid-19, terutama di bagian industrinya. Kota yang hasil pendapatannya dari industri dan jasa, biasanya terdampak signifikan,” jelasnya saat ditemui betanews.id belum lama ini.
Baca juga :Â IPM Kudus Tetap Tumbuh di Masa Pandemi
Kendati demikian, jika dihitung secara keseluruhan berdasarkan indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kudus pada tahun 2020 masih meningkat. Di antara kabupaten di eks Karesidenan Pati, Kabupaten Kudus menjadi kabupaten yang memiliki IPM tertinggi.
“Hal ini dapat dilihat dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional di Tahun 2020, nilai IPM Kabupaten Kudus tahun 2020 sebesar 75,00 naik sebesar 0,06 poin. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan melalui standarisasi nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks,” tambahnya.
Editor : Kholistiono
