BETANEWS.ID, KUDUS – Seorang perempuan tampak mengambil piring, di atas piring dilapisi daun pisang kemudian diberi nasi. Nasi tersebut atasnya ditaburi daging ayam yang ada warna hitam bekas pembakaran. Nasi dan daging ayam tersebut dikasih kuah santan bening dan kental serta diberi irisan tahu yang disebut sambal goreng. Sajian tersebut yakni Nasi Opor Sunggingan kegemaran Kanjeng Sunan Kudus.
Siti Sundari (54), Pemilik Rumah Makan Opor Sunggingan Kudus menuturkan, menu opor ayam bakar Sunggingan memang dipercaya sebagai kesukaan Kanjeng Sunan Kudus. Menurutnya, menu khas itu dulu dijajakan oleh mertuanya, dan resepnya dipertahankan hingga sekarang.
“Menu nasi opor bakar Sunggingan memang hidangan favorit Kanjeng Sunan Kudus. Nasi opor bakar Sunggingan juga jadi hidangan wajib di acara penjamasan Pusaka Mbah Sunan Kudus dari dulu hingga sekarang,” ujar perempuan yang akrab di sapa Sundari kepada betanews.id, Kamis (27/8/2020).

Baca juga : Rumah Makan Nasi Opor Sunggingan, Tempat Kuliner Favorit Langganan Pejabat hingga Artis
Pemilik rumah makan yang beralamat di Jalan Nitisemito Nomor 9, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus mengatakan, rumah makan miliknya itu dirintis oleh mertuanya Sugadi dan Ngadilah, pada tahun 1956. Dia dan suaminya merupakan generasi kedua.
Lebih lanjut ia mengatakan, dari dulu hingga sekarang masih tetap menjaga resep leluhurnya. Sehingga cita rasa nasi opor Sunggingan sama seperti dahulu. Tetap lezat dan melekat di lidah. “Dari dulu hingga sekarang resepnya masih sama. Cita rasanya juga tetap lezat,” ujarnya.
Perempuan yang sudah dikaruniai enam cucu itu pun sudi menjelaskan lebih detail cara memasak opor bakar Sunggingan. Dia menuturkan, ayam yang digunakan adalah ayam kampung besar dan tua. Kemudian direbus utuh dengan aneka bumbu bawang merah dan putih, merica, ketumbar, jinten. Perebusannya juga butuh waktu sekitar lima jam.
“Perebusan selama lima jam itu agar daging ayam bisa empuk dan bumbu bisa merasuk. Bumbu yang digunakan juga beda. Jika di opor biasanya ada kunir, tapi kalau opor ayam Sunggingan tidak pakai kunir,” ungkapnya.
Setelah direbus, ayam opor tersebut kemudian ditiriskan selama enam jam agar dingin. Lalu ayam tersebut dibakar, sedangkan kuahnya ditambahi santan. Menurutnya, membuat santannya itu butuh sekitar tiga jam. Proses lama itu agar santan tidak cepat basi.
“Santan itu setelah dimasak kemudian diangkat. Setelah diangkat jadi santan areh. Santan itulah yang jadikan nasi opor Sunggingan rasanya asin dan gurih,” jelasnya.
Penyajiannya, tambahnya, nasi opor daging ayamnya diiris – iris, ditambah tahu kecil – kecil (sambal goreng) yang rasanya manis pedas. Kemudian disiram pakai kuah santan asin dan gurih. Kalau yang suka pedas disediakan cabai rebus.
“Jadi rasa opor bakar Sunggingan itu nikmat dan komplit. Ada asin – gurih, manis dan pedas yang melekat dilidah. Untuk menambah kekhasannya, penyajiannya piring dilapisi daun pisang. Sendoknya juga pakai daun pisang (suru),” paparnya.
Baca juga : Diburu Ibu Hamil dan Kaya Manfaat, Sirup Parijoto Sumarlan Laris Manis di Pasaran
Sedangkan untuk nama Sunggingan, kata dia, dulu warung tersebut berada di Kelurahan Sunggingan. Karena sudah dikenal banyak orang dengan nama tersebut, jadi sewaktu pindah pada 2004 di lokasi saat ini, nama Sunggingan tetap dipakai.
Dia mengatakan, nasi opor Sunggingan dijual dengan harga Rp 16 ribu per porsi. Dalam sehari ia mengaku bisa menghabiskan sekitar 25 ekor ayam kampung. Itu penjualan di hari biasa. Pada akhir pekan penjualannya bisa dua kali lipat lebih banyak.
“Selain melayani pembelian di warung, kami juga melayani pesanan. Namun hitungannya itu per ekor yang harganya Rp 250 ribu per ekor. Minimal pemesanan 10 ekor,” tutupnya.
Editor : Kholistiono