31 C
Kudus
Jumat, Maret 29, 2024

Peluang di Pasar Global Besar, Ali Musthofa Ajak Masyarakat Budi Daya Jamur Tiram

BETANEWS.ID, PATI – Beberapa pemuda tampak menyerok serbuk kayu yang ditumpahkan dari karung-karung. Setelah itu, dengan sigap mereka mencampurnya dengan serbuk kalsium, dedak, dan air.

Setelah tercampur, mereka terlihat beralih membungkus adonan menggunakan plastik bening dan kemudian mengumpulkannya di ruang sterilisasi dari seng dan besi. Di bawahnya terdapat tungku kayu sebagai sumber perapian.

Para pekerja sedang membungkus media penanaman bibit jamur tiram di CV Agro Muria, Jumat (15/5/2020). Foto: Titis Widjayanti.

Proses tersebut merupakan kegiatan sehari-hari yang bisa ditemui di tempat budi daya jamur tiram milik Ali Mustofa (36) di Desa Ngembes, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Usaha yang dirintis sejak 2008 lulu itu, kini sudah punya 100 lebih mitra petani jamur.

Dengan kesuksesannya itu, Ali terus mengajak masyarakat untuk bertani jamur tiram. Apalagi, pasar jenis jamur itu masih sangat luas, hingga ke pasar global. Bahkan, usaha yang bernaung di CV Agro Muria itu sudah menjalin kerja sama dengan beberapa negara untuk mengirim jamur tiram dalam bentuk tepung.

“Saya membuka pelatihan secara gratis, jika ada siapapun yang ingin belajar budi daya jamur tiram. Silakan datang ke sini, minimal ikut kerja satu minggu. Setelah tahu cara dan langkah-langkah yang tepat, silakan budi daya sendiri,” ajaknya saat ditemui, Jumat (15/5/2020).

Baca juga: Sempat Diremehkan, Budi Daya Jamur Tiram Ali Mustofa Kini Siap Ekspor ke China dan Korea

Selain memberikan pelatihan gratis, pihaknya juga akan memasukkan petani baru tersebut ke paguyuban setelah mulai produksi. Ini dilakukan agar pemasaran jamur mereka bisa dijamin dan harganya juga manusiawi.

“Kalau sudah mulai bisa produksi banyak nanti masuk ke paguyuban, supaya secara pemasaran mereka juga terjamin. Karena ada kontrak jelas, harga juga manusiawi,” papar dia.

Ali mengatakan, hal terpenting ketika membuat bibit adalah proses sterilisasi. Proses tersebut dimaksudkan untuk membunuh bakteri lain yang ada di serbuk kayu. Setelah proses sterilisasi selesai, maka baglog siap diberi bakteri jamur tiram menggunakan media gabah.

“Untuk waktunya sekitar 8 jam pengapian. Gunanya supaya bakteri lain yang ada di bahan baku, mati. Setelah sterilisasi, baru nanti bahan siap diberi bibit atau bakteri jamur tiram. Medianya gabah,” papar Ali.

Sambil menemani para karyawan, lulusan Unissula itu melanjutkan, bibit jamur akan mulai tumbuh sekitar 40 hari. Setelah itu, baglog akan terus berproduksi jamur tiram hingga empat bulan lamanya. Selama itu pula, petani bisa memanen jamur hingga ribuan kilo.

Baca juga: Berawal dari Hobi, Kini Ida Bisa Jual Seribuan Kaktus dalam Sepekan

Selain membantu pemasaran, pihaknya juga akan melibatkan petani binaan untuk menyediakan tepung jamur untuk eskpor. Mengingat, kebutuhan pengiriman ke luar negeri ini akan membutuhkan jamur tiram dalam jumlah banyak.

“Untuk ekspor, saya melibatkan anggota paguyuban untuk jamur-jamurnya. Karena ekspor kan berarti produksi masal. Nah, di sini yang saya maksud salah satu fungsi paguyuban. Selain sebagai tempat sharing, juga jalan penjualan. Karena jamur itu nggak bisa bertahan lama. Kalau dia sudah dipanen, setidaknya harus segera diolah biar tidak layu,” pungkas Ali.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
133,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER