31 C
Kudus
Minggu, September 28, 2025

Kisah Cerdik Sultan Hadirin Dibalik Pendirian Masjid Wali Loram Kulon

BETANEWS.ID, KUDUS – Gapura Masjid At-Taqwa Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus tampak begitu artistik. Bangunan yang tersusun dari bata merah setinggi empat meter itu menghiasi halaman masjid yang dikenal masyarakat sekitar sebagai Masjid Wali Loram. Gapura itulah simbol kecerdikan Sultan Hadirin dalam menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kudus.

Pengurus Masjid dan Juru Pelihara (Jupel) Gapura Afroh Aminuddin (50) mengatakan, gapura itu dibangun oleh Sultan Hadirin pada 1596. Lebih dulu setahun dari pembangunan Masjid Wali Loram Kudus yang didirikan pada 1597.

Menurutnya, masyarakat sekitar pada waktu itu masih memeluk agama Hindu dan Buddha. Untuk menarik simpati masyarakat terhadap agama Islam, Sultan Hadirin kemudian membangun gapura berarsitektur Hindu-Buddha.

-Advertisement-
Pengurus Masjid dan Juru Pelihara (Jupel) Gapura Afroh Aminuddin sedang menunjukkan ukiran arab kuno di Masjid Wali Loram Kulon

“Benar saja, dengan membangun gapura berbentuk pura itu, masyarakat sekitar zaman dulu tertarik untuk datang dan menerima dakwah agama Islam yang dilakukan Sultan Hadirin,” ujar pria yang akrab disapa Afroh, Selasa (28/4/2020).

Melihat warga yang antusias dengan Islam, menantu Sunan Kudus itu kemudian mengubah nama pura dengan gapura yang diambil dari bahasa arab gofuro yang berarti minta pangapuro atau mohon pertobatan. Setelah banyak orang yang masuk Islam, setahun kemudian Sultan Hadirin membangun masjid sebagai sarana beribadah.

Dalam membangun masjid, tuturnya, Sultan Hadirin dibantu oleh orang tua angkatnya yang berasal dari Tiongkok bernama Tji Wie Gwan. Tji Wie Gwan sendiri punya keahlian mengukir batu dan tanah, sehingga dia diberi nama julukan Sungging Badar Duwung.

Sultan hadirin sendiri, kata Afroh,  punya nama asli Raden Tohyib. Dia adalah seorang putra sultan Aceh bernama Syeh Mukhayyat. Karena tidak ingin menghindari perebutan kekuasan di daerah asalnya, Raden Tohyib memilih berkelana menyebarkan agama Islam.

Baca juga: Padureksan, Gapura Masjid Wali Jepang yang Dibuat Sunan Kudus dan Filosofinya

Dalam pengembaraan menyebarkan agama Islam itu, lanjutnya, singgahlah Raden Tohyib di Jepara. Di Kota Ukir tersebut dia meminta pekerjaan pada penguasa Jepara saat itu, yakni Raden Roro Kalinyamat.

“Pada waktu itu Raden Tohyib diberi pekerjaan sebagai tukang kebun,” ujar pria yang saat ditemui mengenakan kemeja batik tersebut.

Hingga suatu ketika, Ratu Kalinyamat ingin punya suami. Banyak para bangsawan dan pangeran yang melamar tapi semua ditolak. Namun saat Raden Tohyib mengajukan diri meminang Ratu Kalinyamat, secara tak terduga malah diterima.

“Karena Ratu Kalinyamat melihat Raden Tohyib itu tulus mencintainya. Sedangkan para bangsawan serta pelamar lainnya itu hanya nafsu saja melihat kecantikan Ratu Kalinyamat,” ungkapnya.

Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, Lanjut Afroh, Raden Tohyib diangkat sebagai Adipati Jepara dan diberi nama Sultan Hadirin. Namun, sekian tahun membina rumah tangga, Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat belum juga diberi keturunan.

“Karena belum diberi keturunan, Sultan Hadirin dipersilahkan oleh Ratu Kalinyamat untuk menikah lagi jika ingin mempunyai anak,” beber Afroh.

Baca juga: Dibangun Sunan Kudus dan Arya Penangsang, Begini Sejarah Masjid Wali Jepang

Mendapat dorongan dari sang istri, Sultan Hadirin kemudian menikah dengan putri Sunan Kudus bernama Raden Ayu Pridobinabar. Setelah menjadi menantu Sunan Kudus, Sultan Hadirin diajak untuk menyebarkan agama Islam di Kudus bagian selatan.

“Hingga dipilihlah Desa Loram oleh Sultan Hadirin, karena dianggap strategis dengan jalan sungai waktu itu. Di situlah cikal bakal adanya Masjid Wali Loram,” tutupnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER