SEPUTARKUDUS.COM, JATI WETAN – Gelas sisa kopi dan beberapa sampah makanan ringan tampak berserakan di atas meja di bawah jembatan Tanggulangin, Selasa (21/2/2017). Di sekitar meja, terlihat beberapa orang masih tertidur di kursi panjang pukul 7.30 WIB. Di lokasi yang sama juga terdapat kandang kerbau yang terbuat dari bahan kayu.

Tempat tersebut, menurut Ketua RT 4 RW 7 Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, Panungkunan Nainggolan (40), yakni tempat jaga selama banjir melanda tiga dukuh di desanya. Menurutnya, tempat tersebut sangat dekat dengan Pintu Kencing Satu. Fungsi pintu air tersebut mengalirkan genangan air dari pemukiman menuju Sungai Wulan.
Selama pintu kencing satu belum bisa dibuka karena debit Sungai Wulan lebih tinggi, pihaknya mengandalkan polder dan empat disel pinjaman dari Kodim 0722 Kudus untuk menyedot air. “Hampir setiap malam saya bersama warga menginap di sini (tempat jaga). Karena ini sudah terbuka, saya tidak tidur bersama kerbau lagi,” ungkapnya dengan tertawa sambil menunjuk kandang kerbau yang yang masih satu lokasi dengan tempat jaga.
Nainggolan mengatakan, setiap malam dirinya menjaga disel penyedot air sambil meninjau Pintu Kencing Satu, jika sewaktu-waktu bisa dibuka. Menurutnya, air sudah menggenangi pemukiman sekitar dua pekan. Banyak masyarakat yang mengeluh kepadanya karena banjir yang tidak kunjung surut, terutama warga yang mengungsi di Balai Desa Jati Wetan. “Masyarakat intinya ingin cepat pulang,” tuturnya dengan semangat.
Nainggolan menuturkan, Senin (20/2/2017) Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Serang Lusi Juwana dan Kepala UPT Pengairan Wilayah II Kudus (Undaan, Jati, Kudus Kota) sudah datang untuk membuka Pintu Kencing Satu. Namun air dari pemukiman tidak bisa keluar karena di mulut pintu air terdapat sedimentasi lumpur. Akhirnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus bersama warga bergerak cepat untuk mengambil lumpur yang menghalangi lajunya air.
“Sebenarnya Pukul 06.00 sore pintu yang satu sudah bisa terlewati air. Namun yang satunya tidak bisa karena ada lumpur. Semua normal sekitar jam 12.00 malam. Karena lumpurnya sudah diambil,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, dengan terbukanya pintu air, genangan di pemukiman akan cepat surut. Menurutnya, selama bencana banjir melanda, dirinya berterima kasih kepada pemerintah Kabupaten Kudus, Kecamatan Jati dan Desa Jati Wetan, yang telah berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, dia juga berterima kasih kepada Polisi, TNI, BPBD dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada masyarakat.
“Oh ya, Pak Muhtarom penjaga pintu dan Haji Ridwan Ketua KONI Kudus yang biasa memberikan makanan. Terima kasih pak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala UPT Pengairan Wilayah II Kudus (Undaan, Jati, Kudus Kota) Muhtarom menuturkan, keseluruhan pintu air bisa dibuka sejak Senin pukul 24.00 malam. Sebelumnya pukul 18.00 sore hanya satu pintu saja di bagian timur yang bisa.
Menurutnya, diperkirakan air yang keluar dari pemukiman sekitar tujuh meter kubik per detik. Jika tidak ada hujan, diperkirakan Kamis besok air di tiga dukuh Desa Jati Wetan akan surut. “Satu hari satu malam air di pemukiman akan surut. Minimal jalan-jalan sudah bisa dilewati,” tambahnya.
Muhtarom menjelaskan, debit air di sungai Wulan sekarang 144 kubik per detik. Normalnya Pintu Kencing Satu bisa dibuka saat debit air Sungai Wulan 150 meter kubik per detik. “Ini warga sudah banyak yang membersihkan rumahnya,” tuturnya.