SEPUTARKUDUS.COM, JATI WETAN – Suara mesin terdengar dari sekitar jembatan Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus. Suara tersebut berasal dari bangunan permanen warna biru yang letaknya di barat pemukiman warga. Bangunan tersebut merupakan rumah pompa, yang digunakan untuk menyedot air dari pemukiman warga di Desa jati Wetan, ke Sungai Wulan.
Menurut Kepala Desa Jati Wetan Suyitno (59), polder atau rumah pompa yang berada di tepi Sungai Wulan dinilai tidak maksimal. Dia memperkirakan, pompa yang menyedot air dari pemukiman warga hanya sedikit. Dirinya mengakui, mesin disel yang berada pada rumah pompa berukuran besar. Namun dirinya, mempertanyakan mengapa air yang keluar terlihat sedikit. “Air yang keluar seharusnya lebih besar. Masa hanya segitu,” tuturnya saat ditemui di Balai Desa Jati Wetan, Selasa (14/2/2017).
Dia menuturkan, jika kapasitas air yang dikeluarkan melalui mesin hanya sedikit, dirinya berharap mesin diganti lebih besar. Menurutnya, saat ini ada tiga dukuh di Desa Jati Wetan yang tergenang air. Ada 290 jiwa yang mengungsi di Balai Desa Jati Wetan, 55 jiwa mengungsi di tempat saudara dan 2.875 yang masih memilih bertahan di rumah. “Alatnya tidak memadai. Kalau misal tidak bisa diganti. bisa ditambah,” jelasnya.
Suyitno melanjutkan, seharusnya pompa air yang digunakan lima atau sepuluh kali lipat dari sekarang. Agar air yang menggenangi rumah warga cepat surut. Diungkapkan, air yang menggenangi rumah warga Senin pagi (13/2/2017) sempat turun empat sentimeter. Namun karena hujan deras terjadi pada malam harinya, ketinggian air meningkat lagi. “Ini tidak untuk saya, melainkan untuk warga saya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala UPT Pengairan Wilayah II Kudus (Undaan, Jati, Kudus Kota) Muhtarom mengungkapkan, di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Wulan hanya ada satu rumah pompa yakni di Dukuh Tanggulangin Desa Jati Wetan. Menurutnya, terdapat dua penyedot air yang dijalankan satu mesin. “Satu penyedot mengalirkan 300 meter kubik per detik air. Kalau dua berarti 600 meter kubik per detik,” ungkapnya saat ditemui Seputarkudus.com.
Dilihat dari rancangan bangunannya, rumah pompa yang dibangun tahun 2010 dan dioperasikan tahun 2012, menurutnya memiliki tiga penyedot. Namun dirinya tak mengetahui realisasinya hanya ada dua penyedot. “Alat tersebut yang membangun BPESDM bukan Balai Besar (Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana),” jelasnya.
Dia mengakui, alat penyedot genangan air memang kurang. Menurutnya, normalnya air bisa tersedot 1.500 meter kubik per detik. Selain itu, di wilayah kerjanya juga hanya ada satu. Dikatakan, perlu ada dua rumah pompa lagi yang perlu dibuat yakni di dekat Pintu Ketanjung II dan di tanggul depan Balai Desa Undaan Lor. “Polder di Undaan Lor untuk kecamatan Undaan, Ketanjung dan Tanggulangin untuk Jati dan Mejobo. Selanjutnya, Jekulo langsung dialirkan ke sungai Juwana dan Kaliwungu pakai SWD II,” terangnya.
Muhtarom menuturkan untuk genangan air yang berada di pemukiman Desa Jati Wetan menurutnya diupayakan disedot menggunakan folder yang sudah ada. Dikatakan, mesin pompa air tersebut akan hidup selama 21 jam dengan waktu istirahat tiga jam. Setiap satu jam, menurutmu memerlukan bahan bakar 30 liter.
Dirinya mengaku tidak berani membuka pintu air yang berada di Dusun Tanggulangin. Menurutnya, pintu tersebut dapat dibuka jika debit sungai Wulan 150 meter kubik per detik. Senin sore (13/2/2017) dikatakan, debit sungai Wulan 171 meter kubik per detik. Namun Selasa paginya debit air naik 305 meter kubik per detik. “Jika sudah pada posisi aman. Tidak usah disuruh, nanti langsung saya buka,” ungkapnya.