SEPUTARKUDUS.COM, KANDANGMAS – Sejumlah pengunjung terlihat melepas alas kaki untuk masuk ke dalam bangunan makam di Dukuh Masih, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kudus. Mereka melepas alas kaki tepat di depan gerbang berbahan batu hitam bergambar bunga. Tertulis pada sisi atas gerbang “Makam Kramat Masin Raden Ayu Dewi Nawangsih, Raden Bagus Rinangku”. Tak sedikit orang yang datang ke hutan Masin itu untuk mendapat jodoh.

Anas Liriyanto, juru kunci Makam Kramat Masin mengungkapkan, pengunjung yang datang tidak hanya dari Kudus, banyak juga dari luar Jawa. Menurutnya, mereka datang ke Makam Kramat Masin karena memiliki hajat tertentu untuk dimintakan kepada Tuhan lmelalui wasilah Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Keinginannya biasanya seputar perdangangan, mengkhitankan anak, menikahkan anak, mau membeli sesuatu, dan mencari jodoh. “Biasanya juga ada yang berdoa supaya dapat jodoh,” ungkapnya saat ditemui di Makam Kramat Masin belum lama ini.
Dia menerangkan, selain memiliki hajat tertentu, biasanya yang datang ke Makam Kramat Masin karena mempunyai nadzar atau hanya sekedar sukuran saja. Mereka membawa makanan yang isinya terdapat nasi beserta ingkung (ayam), daging kambing atau kerbau. Menurutnya, pintu Makam Kramat Masin dibuka setiap hari Rabu, Kamis dan Jumat. “Hari Rabu jam 08.00 pagi sampai jam 05.00 sore. Untuk Kamis sampai jam 09.00 malam dan Jumat sampai 04.00 sore,” jelasnya.
Menurutnya, kebanyakan pengunjung yang datang setiap malam Jumat, terutama Jumat Wage. Dia menjelaskan, di dalam makam berbentuk kucup terdapat jasad Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Raden Ayu Dewi Nawangsih yakni putri Sunan Muria dan Raden Bagus Rinangku keturunan Kerajaan Mataram. “Sebelah barat makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan sebelah timur Raden bagus Rinangku,” ungkap dia yang bertempat tinggal tidak jauh dari Makam Kramat Masin.
Makam Kramat Masin terletak di hutan Masin di kawasan perbukitan Gunung Muria Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe. Sebelum menuju ke makam, terlihat pohon jati dan aren yang tumbuh subur di lahan seluas delapan hektare. Tampak juga pohon jati berukuran besar tergeletak di sisi jalan menuju arah makam.
Anas menambahkan, dulu hutan Masin merupakan kawasan yang lebat dan tidak ada manusia yang berani masuk. Menurutnya ada penduduk desa yang bernama Jamasri yang meminta izin pertama kali untuk membangun makam Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku. Pada akhirnya, tanggal 8 Juli 1989 tumbuhan sekitar makam dibersihkan dan dibangun makam, musala dan tempat istirahat peziarah. “Saya menjadi juru kunci menggantikan bapak yang sudah meninggal,” tuturnya yang pernah kuliah di Fakultas Hukum tersebut.