SEPUTARKUDUS.COM, GETAS PEJATEN – Seorang pria berbaju merah melangkahkan kakinya di Jalan Ahmad Yani sambil memikul dua keranjang berisi beberapa kendi, celengan. Sambil berjalan, pria tersebut memainkan rebana kecil untuk menawarkan daganganya. Pria itu bernama Karmiyanto, yang sejak kelas tiga SD berjalan mengelilingi Kudus untuk menjual kendi, celengan dan rebana kecil.
Karmiyanto berkeliling Kudus menawarkan produk gerabah. Foto: Rabu Sipan |
Di sela istirahatnya seusai berkeliling, kepada Seputarkudus.com, Karmiyanto sudi berbagi cerita tentang barang yang dia jual. Dia mengatakan setiap hari dia berangkat dari Nalumsari, Jepara pada pukul 7.00 WIB. Dia kemudian naik bus menuju Kudus. Setelah sampai, dia kemudian berkeliling berjalan kaki menjual dagangannya hingga pukul 15.00 WIB.
“Pekerjaan ini sudah aku tekuni sejak aku duduk di kelas tiga SD (sekolah dasar). Meskipun lama aku tekuni, penghasilan dari menjual gerabah ini tidak bisa meningkatkan ekonomi keluarga. Bahkan untuk melanjutkan sekolah ketiga anakku ke SMP saja aku tidak mampu,” ungkap Karmiyanto belum lama ini.
Pria yang dikaruniai tiga anak tersebut mengatakan, tidak mampu menyekolahkan ketiga anaknya ke SMP karena tidak punya biaya. Dia juga mengaku hasil dari menjual dagangannya tersebut tidak menentu, dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Setiap hari, katanya, dia membawa sekitar delapan kendi, empat celengan, serta sepuluh rebana kecil. Barang yang dia bawa itu selalu tak terjual habis. Seperti saat itu, dia hanya baru menjual dua kendi dan mendapatkan uang Rp 20 ribu.
“Hampir seharian berkeliling menjual dagangan, aku baru mendapatkan uang Rp 20 ribu hasil penjualan dua kendi yang aku jual Rp 10 ribu. Sedangkan untuk celengan yang aku jual dengan harga Rp 10 ribu dan rebana kecil seharga Rp 3 ribu belum ada yang terjual,” kata Karmiyanto.
Dia juga menuturkan, jika hingga pukul 15.00 WIB dia berkeliling dan tidak ada lagi barang yang terjual, uang Rp 20 ribu yang dia dapat hanya bisa untuk ongkos pulang pergi Jepara – Kudus.
Karmiyanto juga tidak memungkiri penjualannya tak setiap hari sepi. Ada kalanya dagangannya tersebut laris dan dia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 70 ribu sehari. Tapi diakuinya sehari mendapatkan uang Rp 70 ribu sehari itu sangat jarang terjadi. Yang sering dia mendapatkan uang sekitar Rp 50 ribu sehari.
Karmiyanto mengungkapkan, barang dagangannya tersebut milik seorang perajin di Jepara. Dia berutang kepada perajin tersebut. Setelah ada yang terjual dia akan membayar keesokan harinya, sekaligus mengambil barang lagi.
“Meski hasil daganganku tidak menentu dan terbilang tidak seberapa, aku tetap bersyukur meskipun hasilnya tidak cukup untuk menyekolahkan ketiga anakku,” ungkap pria yang sudah lama hidup menduda tersebut.