terlihat duduk menunggu makanan dan minuman yang dipesan di kedai Estu Coffee
Shop, Jalan Sostrokartono, Kudus. Dengan menggunakan Bahasa Inggris mereka saling
berinteraksi satu sama lain. Mereka adalah mahasiswa yang datang dari Thailand dan Malaysia
untuk mengikuti Muria Cultural Progam yang diadakan Universitas Muria Kudus
(UMK).
![]() |
Sejumlah mahasiswa asal Thailand dan Malaysia menyantap hidangan di |
terlihat girang dan langsung menyantap makanan yang sudah disajikan.
Di antaranya Sareena (21), nasi goreng yang disajikan menurutnya sama seperti
yang pernah dia makan di negaranya, Thailand.
Selain itu, saat dia pernah
berkunjung ke Malaysia pun rasanya hampir sama. “Namun bumbunya lebih terasa di
sini,” tuturnya saat ditemui Seputarkudus.com selepas makan, Rabu (26/10/2016)
malam.
pertama kali kerkunjung ke Indonesia. Menurutnya, Kudus merupakan daerah pertama di Indonesia yang
dikunjungi. Dia merasa orang-orang di Kudus sopan dan bersahabat. Setiap
bertemu selalu mengumbar senyum dan menyapa . “Kalau saya
tinggal tinggal di Kudus, mungkin saya betah. Orang-orangnya sangat
bersahabat,” ungkapnya sambil tersenyum.
akan menggunakan Bahasa Inggris dengan didampingi mahasiswa dan dosen UMK. Menurutnya,
dia belum mengunjungi Menara Kudus karena baru saja datang dari Bandara. Dia mengaku mengetahui ikon Kota Kretek tersebut dari Google.
“I was read in Google. It’s very fantastic (Aku pernah
baca tentang Menara Kudus di Google. Menaranya sangat fantastik,” tuturnya yang
suka makanan sea food.
kerbau, soto kerbau dan lentog tanjung, dia mengaku belum mengetahuinya.
Menurutnya, dia baru pertama kali mendengar ada kerbau yang dibuat sate. Setahunya,
hanya ada sate ayam dan kambing. “Is that cow? I am not eat (Kerbau itu
sapi? Aku tidak memakannya,” pungkasnya.
besar masyarakat Thailand memulyakan sapi. Namun, kalau sapi dan kerbau berbeda,
menurutnya dia akan mencoba memakannya. Sareena menuturkan, mahasiswa asal
Thailand yang mengikuti Muria Cultural Progam ada 11 orang.
UMK yang sekaligus menjadi Panita Muria Cultural Progam menuturkan, ada 61
mahasiswa dari luar Jawa dan luar negeri yang mengikuti progam bantuan dari Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tersebut.
Para peserta dari luar negeri yang datang, di antaranya dari Thailand, Malaysia, Afganistan, Chili, Uganda, Afrika. “Yang paling banyak dari Thailand dan yang paling jauh dari Uganda, Afrika,” tuturnya.
Selain
mengeksplor wisata di Kudus, mereka juga akan mempelajari budaya Kudus terutama, Tari Kretek. “Nanti di akhir kegiatan pada hari Sabtu, para peserta akan mementaskan
Tari Kretek beserta tabuhan gamelan di UMK,” ungkapnya.
Kudus yakni Gusjigang (bagus, ngaji, dagang). Menurutnya, ajaran tersebut memiliki nilai entrepreneurship yang tepat untuk para peserta yang didominasi dari
luar negeri.