SEPUTARKUDUS.COM, COLO – Ribuan orang terlihat bersiap-siap mengambil tumpukan
ketupat dan lepet yang disiapkan di depan panggung utama Parade Sewu Kupat
Kanjeng Sunan Muria di Objek Wisata Taman Ria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Rabu (13/7/2016). Terdapat 21 gunungan yang dibuat dari kerangka bambu berisakan ketupat, lepet, dan buah-buahan yang merupakan hasil bumi pegunungan muria.
ketupat dan lepet yang disiapkan di depan panggung utama Parade Sewu Kupat
Kanjeng Sunan Muria di Objek Wisata Taman Ria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Rabu (13/7/2016). Terdapat 21 gunungan yang dibuat dari kerangka bambu berisakan ketupat, lepet, dan buah-buahan yang merupakan hasil bumi pegunungan muria.
Warga berebut ketupat pada Parade Sewu Kupat di Taman Ria Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Rabu (13/7/2016). Foto: Imam Arwindra |
Tak sampai selesai Bupati Kudus Musthofa menyampaikan pidatonya,
sejumlah orang dari sisi selatan tiba-tiba berebut ketupat dan lepet yang
terdapat pada gunungan. Hal itu membuat masyarakat yang lain ikut
berebut isi gunungan yang terdapat di depan panggung utama. Tak sampai
lima menit gunungan-gunungan tersebut hanya tinggal kerangka.
sejumlah orang dari sisi selatan tiba-tiba berebut ketupat dan lepet yang
terdapat pada gunungan. Hal itu membuat masyarakat yang lain ikut
berebut isi gunungan yang terdapat di depan panggung utama. Tak sampai
lima menit gunungan-gunungan tersebut hanya tinggal kerangka.
Di antara pengunjung yang ikut berebut gunungan, yakni Sumirah, warga Desa Tergo,
Kecamatan Dawe, Kudus. Nafasnya tampak terengah-engah usai ikut berdesakan. Dia terlihat memegang lima ketupat, tiga lepet dan beberapa parijoto yang kemudian diberikan kepada ponakan dan anaknya. Dia mengaku baru ikut pertama kali parade
tersebut.
Kecamatan Dawe, Kudus. Nafasnya tampak terengah-engah usai ikut berdesakan. Dia terlihat memegang lima ketupat, tiga lepet dan beberapa parijoto yang kemudian diberikan kepada ponakan dan anaknya. Dia mengaku baru ikut pertama kali parade
tersebut.
“Saya orang Dawe. Namun tahun-tahun sebelumnya saya
tidak pernah mengikuti acara Parade Sewu Kupat ini. Karena penasaran akhirnya tahun ini
saya ikut. Saya datang bersama anak, ponakan dan tetangga,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com, ketika ditemui usai acara.
Dia mengaku rela berdesak-desakan karena ingin
mendapatkan ketupat dan lepet berharap berkah dari Sunan Muria dalam tradisi tersebut. “Sebenarnya saya ingin mendapatkan
kain mori yang terdapat paling atas. Namun karena pendek, akhirnya dapat ini
saja,” tutur dia sambil menunjukkan ketupat, lepet dan parijoto yang
didapatnya.
mendapatkan ketupat dan lepet berharap berkah dari Sunan Muria dalam tradisi tersebut. “Sebenarnya saya ingin mendapatkan
kain mori yang terdapat paling atas. Namun karena pendek, akhirnya dapat ini
saja,” tutur dia sambil menunjukkan ketupat, lepet dan parijoto yang
didapatnya.
Bupati Kudus Musthofa menuturkan, kegiatan yang di
laksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus sudah
dilakukannya 10 kali. Menurutnya, pertama kali yang mencetuskan acara tersebut yakni dirinya bersama Sugiarto dan Amin Khundori. “Acara ini dilaksanakan pada hari ketujuh bulan Syawal,” ungkapnya.
laksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus sudah
dilakukannya 10 kali. Menurutnya, pertama kali yang mencetuskan acara tersebut yakni dirinya bersama Sugiarto dan Amin Khundori. “Acara ini dilaksanakan pada hari ketujuh bulan Syawal,” ungkapnya.
Dia berpesan kepada masyarakat Kudus agar tradisi lokal yang
sudah terlaksana untuk selalu dijaga. Menurutnya, kegiatan Parade Sewu Kupat merupakan bentuk wujud syukur kepada Allah yang telah memberikan segalanya.
sudah terlaksana untuk selalu dijaga. Menurutnya, kegiatan Parade Sewu Kupat merupakan bentuk wujud syukur kepada Allah yang telah memberikan segalanya.
“Saya
berpesan kepada masyarakat dan bupati Kudus selanjutnya agar tetap melaksanakan budaya lokal Kudus. Terutama yang paling penting
meneladani panutan kita Sunan Muria dan tentunnya yang paling dijaga adalah
saling menghormati,” tuturnya.