keningnya. Demi memenuhi pesanan dari pelanggan untuk sajian Lebaran, panasnya ruangan itu tak dirasakannya.
Menurutnya, dia menggoreng kacang mete dari pukul 6.00WIB
hingga 16.00 WIB. Setiap satu kali penggorengan terdapat dua kilogram kacang
mete yang digoreng. “Sampai H-1 Lebaran saya masih memproduksi kacang mete, karena
harus memenuhi pesanan. Setelah itu saya pulang ke Blora, karena keluarga saya
berada di Blora,” tutur dia yang sudah bekerja 10 tahun kepada Sugiarto,
pemilik dari usaha kacang mete goreng di Desa Cendono, Kecamatan Dawe,
Kabupaten Kudus.
Selama sehari, Sutiani mengaku mampu menggoreng satu
kuintal kacang mete. Menurutnya mengolah kacang mete cukup mudah. Bumbu yang
digunakannya hanyalah bawang putih. “Rasanya gurih, tidak pedas ataupun yang
aneh-aneh,” ungkapnya ketika ditemui Seputarkudus.com belum lama ini.
didiamkan dalam air yang sudah diberi bumbu. Fungsinya, selain supaya bumbu
bisa meresap juga untuk menghilangkan getah yang masih tersisa. “Merendamnya
tidak usah-usah lama. Nanti kalau sudah langsung digoreng dengan minyak panas,”
tambahnya.
terkena minyak goreng panas. Karena sifat dari kacang mete tidak meletup, sehingga luka dikulitnya cepat sembuh.
Pemilik dari usaha kacang mete goreng Sugiarto (48)
menuturkan, produksi kacang mete goreng yang diberi label Sido Mulyo pada Lebaran
tahun 2016 menurun. Menurutnya, tahun 2015, dia mampu memproduksi dua
ton tiga kuintal. Tahun 2015 hanya mampu memproduksi dua ton. “Lebaran ini hanya mampu
menyetok bahan baku dua ton. Bahan bakunya sulit dicari,” tuturnya.
pasokannya terbatas, harganya juga naik. Tahun 2016, per kilogram kacang mete dihargai Rp 125 ribu. “Itu harga bakul. Memesannya harus jauh-jauh hari. Kalau tidak stokknya
habis,” terangnya.
Dia mengaku hanya memproduksi kacang mete goreng hanya
saat Ramadan. Selain itu, dia membuka usaha warung
makan yang sudah 10 tahun dijalankan. “Saya mulai produksi dari tanggal 1
Ramadan hingga mendekati Lebaran,” ungkapnya.