SEPUTARKUDUS.COM – Dikisahkan Ibnu Hajar, suatu hari beberapa ulama Tabiin berkunjung ke rumah Abu Sinan. Dia kemudian mengajak mereka untuk bertakziyah ke rumah tetangganya yang baru saja meninggal. Di rumah saudara yang baru saja ditinggalkan, mereka melihat raut muka sedih. Mereka kemudian menghiburnya, dan mengatakan bahwa tak akan ada yang bisa meninghindari maut.
infospesial.net |
Tetapi orang tersebut berkata, “Saya tahu bahwa ajal tak bisa dielakkan. Namun saya sedih karena memikirkan siksa yang dihadapi saudaraku di dalam kubur,” ujarnya kepada para ulama tabiin.
Lalu dia bercerita. Setelah jasad saudaranya dikubur, sejumlah orang yang mengantar ke kubur pulang, namun dirinya tetap di kubur saudaranya itu. Dia kemudian mendengar saudaranya di dalam kubur menjerit dan berkata. “Aku selalu mengerjakan salat dan puasa, namun mereka meninggalkanku dengan menanggung siksa.”
Mendengar perkataan itu, dia kemudian membongkar kubur saudaranya. Dia melihat api yang menyala di dalam kubur. Dia kemudian berusaha melepas kalung api di leher saudaranya dengan mengulurkan tangan, namun tangannya terbakar. Dia kemudian menutup kembali kubur saudaranya dan pulang dengan tangan yang hangus terbakar.
Kemudian para ulama Tabiin bertanya, apa yang dikerjakan saudaranya sehingga mendapat siksa di dalam kubur. “Saudaraku tak mengeluarkan zakat hartanya.” (Wallahu A’lam)