31 C
Kudus
Rabu, Oktober 1, 2025

35 Siswa di Jepara Diduga Keracunan Menu MBG 

BETANEWS.ID, JEPARA – Sebanyak 35 siswa di Kabupaten Jepara diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Wakil Bupati Jepara, Muhammad Ibnu Hajar mengatakan dugaan keracunan tersebut terjadi pada Selasa, (23/9/2025) lalu. Sebanyak 35 siswa melaporkan mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi MBG dari sekolah. 

Baca Juga: Tak Merasa Terima Dana Pinjaman, Tiga Bidang Tanah Milik Warga Jepara Tiba-Tiba Masuk Proses Lelang 

-Advertisement-

Mereka mayoritas berasal dari SD Negeri 1 Banjaran dan tiga lainnya merupakan siswa TK dan MI yang membawa pulang makanannya dan dikonsumsi setelah sampai di rumah. 

Tiga siswa tersebut yaitu satu siswa TK Melati Banjaran, satu siswa KB Darul Karomah Srikandang, dan satu siswa dari MI Matholiul Huda Srikandang.

“Ada 35 siswa yang mual muntah, tapi yang mau dibawa ke Puskesmas ada lima siswa. Alhamdulillah kondisinya membaik. Yang dilarikan ke Puskesmas juga hanya menjalani rawat jalan,” katanya pada Senin, (29/9/2025). 

Hajar menyebut jika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) telah bergerak cepat dengan langkah-langkah penanganan untuk korban melalui tim kesehatan di Puskesmas dan pengawasan ketat ke dapur-dapur MBG atau SPPG di seluruh Kabupaten Jepara. 

Saat ini dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jepara juga telah mengambil sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium, untuk memastikan sumber makanan yang diduga beracun. 

Menu MBG tersebut berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al Fitroh Watuaji Keling yang berada di Desa Banjaran.

”Hari itu menunya di antaranya ada nasi, ayam goreng, dan sayur buncis jagung. Itu yang saya minta kepada Dinkes untuk memeriksa sampelnya,” sebutnya. 

Saat melakukan monitoring ke sejumlah SPPG pada Rabu (28/9/2025) lalu, Hajar mengatakan bahwa ia sempat menyoroti waktu memasak yang dimulai sejak Pukul 01.00 dini hari. 

Menurutnya, juru masak perlu memastikan jika awal masak harus dimulai dengan makanan yang lebih awet seperti ayam goreng. Sayuran harus dimasak paling akhir, agar pada saat sampai sekolah bisa tiba paling awal. 

”Kami juga mengingatkan ke sekolah agar MBG ini tidak boleh dibawa pulang, karena takutnya saat dibawa pulang kondisi makanan menjadi basi dan itu bisa berbahaya jika dikonsumsi. Makanan ini maksimal dikonsumsi empat jam setelah disajikan,” tegasnya.

Setelah terjadinya peristiwa tersebut, MBG memang masih berjalan namun dengan pengawasan ketat. 

SPPG juga diminta untuk tidak menyajikan menu yang sama. 

Ke depan, ia meminta seluruh stakeholder, termasuk camat untuk melakukan monitoring ke SPPG di wilayah masing-masing dengan waktu yang ditentukan dan berkala, seperti satu minggu sekali. Monitoring ini untuk memastikan kualitas makanan dan cara penyajian yang tepat agar tetap layak saat sampai ke siswa.

Kepala Puskesmas Bangsri 1, Nur Da’im menyampaikan, memang ada beberapa anak SD N 1 Banjaran yang diperiksa setelah beberapa jam mengonsumsi MBG pada Selasa siang. Para siswa yang datang, menurutnya mengalami pusing, muntah dan lemas.  

”Yang datang ke Puskesmas yang diberikan perawatan cuma lima. Siang empat anak, tambah satu anak malam harinya,” sebut Da’im.

Pemeriksaan yang dilakukan tim medis Puskesmas berupa pemeriksaan vital dan tanda-tanda umum sesuai dengan gejalanya. Setelah dilakukan observasi sekitar setengah hari, anak-anak tersebut diperbolehkan pulang. Puskesmas juga memberikan obat dan pengawasan.

”Kami belum bisa memastikan apakah itu akibat makan MBG atau tidak. Tapi hasil pemeriksaan awal, ada indikasi mengarah ke dugaan keracunan akibat MBG,” ungkap Da’im.

Untuk memastikannya, mereka telah mengirimkan sampel sisa makanan MBG yang dikonsumsi para siswa di hari itu ke Labiratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jepara. Adapun sampelnya adalah susu frisian flag, kedelai rebus, oseng-oseng jagung, buncis, wortel, ayam goreng, nasi dan melon. 

”Kami sudah kirim sampelnya ke Labkesda. Tapi kami belum mendapatkan hasilnya,” katanya.

Baca Juga: Panen Jagung Kuartal III di Jepara Hasilkan 5 Ton Jagung di Lahan Seluas Dua Hektare  

Sampai saat ini, imbuh Da’im, pihak Puskesmas terus memantau kondisi anak-anak SDN 1 Banjaran. Terutama lima anak yang sebelumnya dirawat tersebut. Pada Kamis (25/9/2025), tim Puskemas juga memantau langsung ke sekolah.

”Hari Kamis kemarin anak-anak sudah sekolah. Kami merasa bahwa ini sudah tidak emergency lagi. Anak-anak yang sempat dibawa ke Puskesmas sudah kembali masuk ke sekolah,” tegasnya. 

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER