BETANEWS.ID, KUDUS – Hari Raya Idulfitri identik dengan bingkisan kue kering dan aneka makanan manis, salah satunya yakni jenang khas Kudus. Di gang Cempaka No 4, Candi Lor, Desa Singocandi, Kecamatan/Kabupaten Kudus, Muhammad Furqon (35) meneruskan bisnis jenang rumahan yang dirintis oleh ayahnya sejak 1999.
Pria yang akrab disapa Furqon itu bercerita, biasanya saat menjelang hari raya, permintaan jenang di Kudus meningkat signifikan. Di tempatnya, jumlah ketan yang digunakan untuk produksi pun bertambah, dari 100 kilogram per hari di waktu normal menjadi 150 kilogram sehari menjelang Idulfitri.
“Biasanya, pembeli jenangnya berasal dari berbagai daerah, seperti Semarang, Pekalongan, Pati, Jogja, bahkan luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatra, dan Bali,” ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pankis, Jajanan Lebaran Favorit di Dapoer Poeti, Harganya Mulai Rp15 Ribu
Dibantu oleh 12 karyawan, Furqon mampu memproduksi sekitar 2.000 jenang setiap harinya. Jenangnya tersedia dalam berbagai varian rasa, seperti susu, wijen, jahe, nangka, dan durian. Dari semua varian, jenang wijen tetap menjadi favorit pelanggan.
Selain menjual langsung di toko, Furqon juga memasarkan jenangnya melalui platform online seperti Shopee. Namun, ia mengakui lebih fokus pada penjualan offline karena permintaannya lebih tinggi.
“Saya jual juga di Shopee, tapi belum sempat mengelola dengan maksimal karena lebih banyak pembeli langsung di toko,” katanya.
Harga jenang di tokonya dibanderol Rp25.000 hingga Rp27.000 per mika. Selain itu, tersedia juga pilihan kemasan toples atau kardus untuk pelanggan yang ingin membeli dalam jumlah lebih banyak.
Penulis: Zuhaira Millatina, Mahasiswa Magang UNISNU Jepara
Editor: Ahmad Rosyidi