BETANEWS.ID, KUDUS – Pemanfaatan suara mayoritas seringkali dijadikan alat politik untuk meraih kekuasaan. Hal itu rupanya menjadi kegelisahan bagi anggota Teater Tigakoma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK).
Mereka pun menyindir fenomena tersebut dengan menyampaikan pesan satir melalui pementasan teater dengan lakon “Subversif” yang digelar di Auditorium UMK, Rabu (4/12/2024) malam.
Pementasan bergaya realis itu menceritakan sosok dokter Torangga yang mendapati adanya pengolahan limbang dari perusahaan tambang yang tak dilakukan dengan baik. Hal itu tentunya berdampak pada kebersihan air minum warga.
Baca juga: Rayakan Ulang Tahun yang ke-27, Teater Satoesh Gelar Dwisapta
Mendapati hal itu, dokter Torangga pun mencoba membuka kebenarannya. Hanya saja dokter Torangga mendapatkan tantangan dari Wali Kota Jokarna yang masih saudaranya sendiri.
Di mana perusahaan tambang menjadi salah satu sumber ekonomi kota sekaligus donatur pendanaan dalam kampanyenya.
Mendapat perlawanan yang kuat, dokter Torangga kemudian menggandeng media untuk mengungkapnya. Lewat media, dokter Torangga sempat mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Melihat kondisi itu wali kota tak tinggal diam. Pertarungan akhirnya terjadi di opini masyarakat. Aksi saling rebut people power dengan memanfaatkan media itupun terjadi.
Hingga akhirnya media berpihak pada wali kota. Bahkan dalam rapat umum diputuskan jika dokter Torangga menjadi musuh masyarakat.
Hanif, sutradara pementasan menyebut memilih naskah tersebut lantaran ceritanya masih berkaitan dengan kondisi ini. Meskipun Henrik Ibsen, menulisnya di tahun 1864.
“Sudut pandang kami munculnya suara mayoritas yang dapat dikendalikan menjadi keprihatinan tersendiri. Pasalnya walaupun benar, namun jika suara mayoritas mengatakan salah akhirnya salah. Begitu sebaliknya,” tegasnya.
Baca juga: Tampil Epik, Teater Djarum Sukses Pentaskan Tragedi Mendut Prana
Rezky Pratamaylida, Ketua Teater Tigakoma berharap dengan pementasan tersebut dapat membawa pulang pesan yang sudah coba disampaikan. Hal itu selarasa dengan apa yang menjadi slogan Teater TigakomA yaitu “Teater untuk pendidikan”.
“Semoga teater TigakomA bisa konsisten terus kedepannya dalam mengadakan Pentas Produksi. Ini merupakan pentas produksi kami ke-19,” tambahnya.
Editor: Ahmad Muhlisin