BETANEWS.ID, KUDUS – Siang itu, deretan dokar tampak berjejer rapi di area Balai Jagong, Kudus. Banyak warga tampak antusias bergantian menaiki dokar, menikmati suasana sembari bernostalgia dengan salah satu moda transportasi tradisional yang kini mulai langka.
Aditia Kurnia Ibah (25), salah satu pemilik dokar, bercerita bahwa wisata naik dokar ini menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat Kudus. Dokar-dokar tersebut beroperasi setiap hari Jumat dan Sabtu mulai dari pagi hingga siang.
Sementara pada hari Minggu, operasional diperpanjang hingga sore hari. Pria yang akrab disapa Aditia itu juga membeberkan, khusus pada hari-hari besar, dia menarik dokarnya hingga malam.
Baca juga: Serunya Wisata Naik Kereta Kuda Sambil Menikmati Suasana Malam Kota Jepara
“Biasanya Jumat dan Sabtu hanya setengah hari, kalau Minggu sampai sore. Kalau ada hari besar, kami bisa beroperasi sampai malam,” ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurutnya, antusiasme masyarakat terhadap wisata dokar cukup tinggi. Selain karena dokar kini sudah jarang ditemukan, harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau.
“Tanggapannya positif, karena dokar sudah semakin langka. Di samping itu, harganya terjangkau, jadi semua orang bisa mencoba,” jelas Aditia.
Tarif naik dokar memang bervariasi. Untuk satu orang, biayanya hanya Rp15.000. Sementara itu, rombongan berisi lima hingga enam orang hanya perlu membayar Rp50.000 untuk rute singkat. Sementara untuk rute lebih panjang dari area GOR Kudus hingga Gang Empat, dikenakan biaya Rp70.000.
“Romobingan rute pendek cukup bayar Rp50.000. Kalau mau rute lebih panjang, jadi Rp70.000. Untuk ibu dan anak, cukup Rp15.000 saja,” tambahnya.
Bagi Aditia, menarik dokar bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari hobinya. Selain menjadi kusir, ia juga menjalankan bisnis jual beli kuda yang sudah merambah hingga luar provinsi.
Baca juga: Menikmati Keindahan Gua Pancur, Wisata Eksotis Pati Selatan dengan Naik Andong
“Selain jadi kusir, saya juga jual beli kuda, mulai dari daerah lokal sampai ke luar provinsi,” ungkapnya.
Aditia berharap wisata dokar di GOR Kudus dapat terus dikenal dan dilestarikan oleh masyarakat. Ia juga ingin generasi muda tertarik untuk melanjutkan tradisi tersebut, agar dokar tidak punah.
“Semoga kuda tetap ada, tradisi ini terus dilestarikan, dan ada penerusnya,” harap Aditia.
Penulis: Fiska Aditia, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi