BETANEWS.ID, KUDUS – Objek Wisata Jeratun Seluna (WJS), Desa Temulus, Kecamatan Mejobo, terlihat tak terawat. Sungai yang menjadi daya tarik utama terlihat dipenuhi eceng gondok. Bahkan, tampak satu perahu yang dibiarkan begitu saja di sungai.
Sebagai informasi, Desa Temulus ditetapkan sebagai rintisan desa wisata dan sudah mendapatkan SK Bupati pada Juli 2020.
Kepala Desa (Kades) Temulus, Suharto mengatakan, saat ini kondisi WJS masih aktif dan berjalan. Hanya saja, wisata tersebut sifatnya musiman yakni buka saat musim hujan saja.
Baca juga: Liburan Sambil Belajar Bahasa Inggris Gak Perlu ke Pare, di Kudus Lho Bisa
“Saat ini kondisi Wisata Jeratun Seluna (WJS) Temulus, masih berjalan. Namun ketika musim kemarau seperti ini kita berhenti karena memang tidak ada air. Bisa dilaksanakan wisata, kalau sudah masuk Desember hingga April di kala musim penghujan,” bebernya, Kamis (7/11/2024).
Ia mengakui, saat ini wisata tersebut memang vakum sejak terdampak Covid-19. Akibatnya, wisata yang baru buka awal 2020 atau hampir berbarengan dengan pandemi itu akhirnya vakum kurang lebih 2,5 tahun.
“Pengelolaan selama ini, saya akui, kami ada kevakuman. Karena 2020 dulu Covid-19, semangat pokdarwis menurun dan vakum selama 2,5 tahun, tidak boleh buka. Akhirnya semangat teman-teman pokdarwis ini menurun,” ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya berupaya di akhir tahun ini akan kembali membuka wisata tersebut. Apalagi didukung turunnya dana bantuan keuangan (bankeu) dari Gubernur Jawa Tengah (Jateng) senilai Rp100 juta.
Baca juga: Andalkan Wisata Edukasi, Desa Kauman Kudus Sasar Paud dan TK
“Dengan adanya bankeu yang sudah turun ini insyaAllah kita giatkan kembali kesadaran masyarakat terhadap wisata. Memang berat perjuangannya, karena WJS merupakan wisata buatan, anggarannya harus besar. Kita sedikit demi sedikit, mudah-mudahan nanti bisa berjalan,” tuturnya.
Ia menambahkan, wisata WJS di Desa Temulus menawarkan wisata air menggunakan perahu di sungai. Selain itu, di area lokasi wisata juga terdapat warung kuliner yang menjual makanan khas seperti, keong srutup, bubur kentos, di tambah adanya dua kolam pemancingan bagi yang hobi mancing.
“Harapannya kami mengajak masyarakat untuk membuka kesadaran wisata. Supaya wisata dapat berjalan, karena dukungan anggaran sudah ada, jadi tergantung masyarakatnya,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin