BETANEWS.ID, KUDUS – Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) menggelar kuliah umum bertajuk “Membangun Kerukunan dalam Perbedaan” di Gedung Darul Ilmi Hall, Rabu (20/11/2024).
Kuliah umum tersebut menghadirkan seorang pakar yang kompeten dalam masalah konflik yang ada di Indonesia. Dia tak lain adalah Prof. Dr. Faturochman, Guru Besar Psikologi UGM.
Baca Juga: Iqbal Semangat Jadi Content Creator Setelah dapat Ilmu Ngonten dari Museum Patiayam
Ketua Penyelenggara, sekaligus Dosen Psikologi UMK, Ahmad Faqihuddin menyampaikan, acara itu bertujuan memberikan bekal kepada mahasiswa untuk memahami konsep kerukunan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Adanya kuliah umum ini, mahasiswa bisa memahami kerukunan dan perbedaan, bukan untuk menonjolkan perbedaan, tetapi menyelaraskannya. Dengan ini, mereka bisa saling menerima perbedaan tersebut,” bebernya saat ditemui di lokasi.
300 mahasiswa yang mengikuti kuliah umum mendapat kartu ungu yang dapat menambah poin plus bagi mahasiswa di fakultas tersebut. Materi itu penting, mengingat Kudus merupakan Kabupaten yang sangat majemuk dengan keberagamannya, seperti budaya dan keagamaan.
“Dengan Kartu Ungu, mahasiswa dapat memperoleh poin tambahan untuk Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang sangat berguna saat melamar pekerjaan. Ini bentuk dukungan fakultas agar mahasiswa memiliki keunggulan kompetitif,” jelas.
Sementara itu, Prof. Dr. Faturochman menjelaskan, bahwa kerukunan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sejumlah wilayah dengan konflik yang beragam, perlu adanya penyelarasan dan keterhubungan antar warga. Sehingga konflik tersebut tidak berkepanjangan.
Baca Juga: Dapat Pelatihan Ngonten, Guru SMK Ma’arif 2 Kudus: ‘Bisa untuk Bantu Promosi Sekolah’
“Kita sering menganggap perbedaan menimbulkan konflik, padahal kenyataannya lebih banyak hal yang membuat kita rukun. Sayangnya, kita sering fokus pada konflik,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan mahasiswa agar memanfaatkan fakta positif sebagai modal awal untuk membangun kerukunan. “Fakta negatif itu ada, tetapi jangan diperbesar. Sebaliknya, hal positif walaupun kecil harus kita jadikan modal untuk mempererat hubungan,” katanya.
Editor: Haikal Rosyada