BETANEWS.ID, KUDUS – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus menggelar sosialisasi hasil sensus pertanian di Hotel @Hom, Selasa (12/12/2023). Dari hasil sensus, terungkap bahwa generasi muda di Kota Kretek ogah untuk terjun ke dunia pertanian.
Kepala BPS Kudus, Eko Suharto, mengatakan, bertani memang tak dilirik oleh generasi muda. Bahkan, usia rata-rata petani di Kota Kretek di atas 45 tahun.
āPetani di Kudus masih pada usia di atas 45 tahun. Artinya, mereka yang di bawah usia tersebut masih enggan untuk menjadi petani,ā ujar Eko.
Baca juga: Jumlah Petani Millenial di Jepara Hanya 20 Persen
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadikan generasi muda Kudus ogah jadi petani, di antaranya, mereka berfikiran bahwa bertani itu ribet dan harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa memperoleh hasilnya.
āContohnya di pertanian pangan padi. Orang harus menunggu minimal tiga bulan untuk panen,ā bebernya.
Lebih lanjut Eko mengungkapkan, banyak generasi muda di Kudus yang juga beranggapan bahwa bertani itu kurang keren. Selain itu, masa depan jadi petani juga sangat tidak menjanjikan.
āJadi anggapan-anggapan tersebut di generasi muda. Sehingga banyak generasi muda di Kudus memang enggan untuk bertani,ā tandasnya.
Baca juga: BPS Sebut Petani Milenial di Demak Masih Minim
Meski memang anggapan-anggapan tersebut terbantahkan olah narasumber yang dihadirkan yakni Deni Saputra pemilik Muria Farm. Pria yang akrab disapa Deni itu memang cukup sukses dengan pertanian selada dan melon hidroponik.
Namun pertanyaannya, ada berapa generasi muda di Kudus yang berani ambil risiko untuk menjadi petani hidroponik? Mengingat, bertani dengan sistem tersebut membutuhkan modal jauh lebih besar dibanding bertani secara konvensional.
Editor: Ahmad Muhlisin