BETANEWS.ID, KUDUS – Sejarawan Edy Supratno menjelaskan perbedaan rokokd an kretek dalam acara Museum Keliling yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus di SMPN 1 Bae, Kudus, Senin (16/10/2023). Menurutnya, kretek merupakan perpaduan antara budaya merokok dari budaya lokal dengan pengaruh tembakau yang berasal dari luar negeri, sehingga rokok dan kretek mempunyai perbedaan.
Dalam catatan tertulis, budaya merokok sudah ada sejak Kristoforus Kolumbus yang saat itu menjelajah ke Amerika. Sedangkan kretek pertama kali muncul pada abad ke 19 yang ditemukan oleh seseorang yang berasal dari Kudus yakni Haji Djamhari.

Kretek merupakan rokok dengan ciri khasnya yang menggunakan cengkeh dalam campuran di dalam rokok yang dibuat. Dimana cengkeh memiliki kegunaan untuk mengobati sakit (sesak) dada. Oleh Haji Djamhari, penemu kretek, awalnya campuran rokok dengan cengkeh itu untuk mengobati dada.
Baca juga: Museum Keliling 2023 di Kudus Dapat Respon Positif
Dengan bunyi kretek-kretek saat dihisap, kemudian rokok itu dinamakan rokok kretek yang berbeda dengan rokok yang tidak menggunakan cengkeh.
“Jadi perbedaan antara rokok dan kretek itu terdapat pada ciri khasnya yakni cengkeh,” ungkap Edy Supratno.
Menurutnya, Kudus mempunyai sejarah yang sangat kaya terkait dengan kretek yang kini menjadi nama julukan Kabupaten Kudus. Beberapa pengusaha kretek dari Kudus zaman itu juga terkenal dermawan dan membantu para pejuang kemerdekaan dalam memerdekakan bangsa Indonesia.
Editor: Ahmad Muhlisin