BETANEWS.ID, SEMARANG – Kasus penyakit antraks pada hewan ternak sapi di Gunung Kidul beberapa waktu lalu membuat pemerintah daerah melakukan berbagai upaya antisipasi.
Kepala Dinas Peternakan (Disnakan) Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, sampai saat ini Jawa Tengah dan Kota Semarang masih aman dari antraks. Ini sebagaimana langkah pemerintah provinsi sebelumnya yang telah melokalisir distribusi ternak dari daerah endemi antraks, seperti Gunung Kidul.
Baca Juga: Proyek Talud di Ngaliyan Longsor, Satu Pekerja Tewas
Meski demikian, Hernowo menambahkan, pihaknya tetap selalu memantau kondisi hewan ternak, terutama sapi dan kerbau yang masuk ke dalam kota. Ini karena selain antraks, wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lumpy Skin Disease (LSD), serta Peste des Petits Ruminants (PPR) pada hewan ternak juga masih menggejala. Varian penyakit hewan ternak tersebut banyak terpantau saat menjelang Idul Adha lalu.
“Alhamdulillah sampai dengan hari ini Kota Semarang masih aman, dari Pemprov juga langsung melokalisir ternak yang di Gunungkidul yang biasanya larinya ke Kebumen atau Purworejo,” ujar Hernowo.
Penyakit antraks disebabkan oleh inveksi bakteri pada hewan ternak. Inveksi bakteri tersebut sendiri sebenarnya bisa berlangsung selama puluhan tahun. Sedangkan penularan antraks dari hewan ternak ke manusia selain dengan mengkonsumsinya, bisa juga melalui spora bakteri antraks yang terbawa udara dan terhirup lewat saluran pernapasan manusia.
Selain itu antraks juga menular ke manusia lewat persinggungan langsung antara hewan ternak berpenyakit antraks dengan manusia yang tubuhnya terdapat luka. Dampaknya pun fatal, bisa menyebabkan kematian.
Sementara Hernowo juga menjelaskan, hewan ternak yang terjangkit antraks memiliki ciri-ciri khusus. Di antaranya adalah munculnya gejala suhu tubuh tinggi, mati mendadak, telinga mengeluarkan darah, atau muncul lubang-lubang pada lidah.
Hernowo pun menghimbau agar para peternak untuk hati-hati jika mendatangkan hewan ternak dari daerah endemi. Menurutnya, lebih baik lagi dengan melihat penanda yang biasanya berupa anting di telinga hewan ternak yang terdapat informasi asal hewan ternak. Ia juga meminta para peternak untuk menghubungi pihaknya jika menemukan hewan ternak dengan ciri-ciri terjangkit antraks.
Secara teknis, hewan ternak yang terjangkit antraks tidak boleh disembelih, namun langsung dikubur dengan memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP)-nya.
Baca Juga: Beratkan Wali Murid, Pemkot Semarang Minta Sekolah Tak Gelar Wisuda
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Ita mengatakan, jika nantinya diperlukan upaya vaksinasi terhadap hewan ternak, pihaknya akan segera menganggarkannya.
“Ya nanti kan kita lihat, apa Disnakan perlu untuk melakukan vaksinasi. Kalau memang dibutuhkan, meskipun nanti anggarannya tidak ada, karena ini kan masalah nasional, nanti tetap bisa dianggarkan,” sebut Ita.
Editor: Haikal Rosyada