BETANEWS.ID, SEMARANG – 45 Perupa Jawa Tengah dan Yogyakarta menggelar pameran karya di Semarang Gallery, Kota Lama Semarang, pada 23 Februari sampai 23 April. 45 perupa itu sudah malang melintang di dunia seni lukis seperti Butet Kartaredjasa, KH A Mustofa Bisri, Adien Wiedyardini, Agus Noor, hingga Joko Sulistiono (Gundul).
Pameran Seni Agawe Santosa ini dimotori oleh Rosan Production dengan menggandeng Djarum Foundation sebagai sponsornya. Pameran ini buka pada Selasa-Minggu pukul 10.00-20.30 WIB dengan harga tiket Rp20.000.
Pameran bertajuk Seni Agawe Santosa ini juga sekaligus sebagai sambutan para seniman pada tahun politik jelang Pemilu 2024.
Baca juga: Babahe Luncurkan Buku Bapak Pucung Gaul, Macapat Berbahasa Indonesia
Pembukaan Seni Agawe Santosa yang juga dihadiri Gus Mus ini terbilang sukses. Meski Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang rencananya didapuk untuk membuka pameran berhalangan hadir, tapi pengunjung terlihat membeludak, memenuhi ruang pamer yang terdiri dua lantai.
Beberapa pengunjung terlihat memanfaatkan lukisan sebagai latar belakang untuk berswafoto maupun berfoto dengan seniman idolanya. Pengunjung yang ingin ke lantai dua harus bergiliran, mengingat galeri tempat pameran merupakan bangunan tua yang masuk cagar budaya.
Beberapa lukisan yang dipamerkan menjukkan aura perpolitikan, seperti lukisan berjudul “Cukup Dua Saja,” karya Budi Ubrux. Lukisan ini menampilkan sosok dengan wajah mirip Presiden Joko Widodo. Sosok tersebut tergambar setengah badan dengan latar belakang perca-perca kliping surat kabar berjudul tentang ibu kota baru, IKN, infastruktur, tol laut, slogan kerja…kerja…kerja, dan Undang-Undang Cipta Kerja.
Sosok berambut gondrong dan berpakaian ala kerajaan Yunani tempo dulu tersebut tergambar mengangkat tangan kanan dan menunjukkan dua jari. Sementara di tangan kirinya memegang buku bertuliskam konstitusi.
Baca juga: Dongkrak Ekspor, Pj Bupati Jepara Luncurkan Pameran Furnitur Internasional
Butet menjelaskan, pameran Seni Agawe Santosa diharapkan menjadi penyejuk di situasi jelang pemilu yang biasanya memanas secara politik.
“Suasana politik tahun ini bisa berpotensi menghangat, semoga tidak memanas. Dengan seni kita bisa mencapai kesentosaan, hingga kehidupan menjadi ayem dan tenterem,” harap Butet.
Menurut kurator pameran Seni Agawe Santosa, Suwarno Wisetrotomo, pameran ini adalah pertemuan ragam persoalan sehari-hari hingga masalah politik, agama, hukum, maupun soal kebangsaan dan kewarganegaraan lainnya. Namun, kesemuanya itu bermuara tentang kemanusiaan.
Editor: Ahmad Muhlisin