BETANEWS.ID, SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang resmi menandatangani MoU dengan Tanoto Foundation dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) untuk mempercepat penurunan angka stunting. Kerja sama ini nantinya diharapkan dapat mencapai target nasional penurunan prevalensi stunting sampai 14 persen pada 2024 mendatang.
Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, MoU ini dilakukan atas arahan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada BKKBN yang sudah memilih Kota Semarang menjadi wilayah kerja sama dengan Tanoto Foundation.
Baca juga: Kasus Stunting di Kota Semarang Capai Angka 1.465, Tertinggi di Kecamatan Semarang Utara
“MoU antara Pemerintah Kota Semarang dengan Tanoto Foundation merupakan kerja sama untuk penurunan angka stunting. Karena dari Tanoto sendiri juga sudah bekerja sama dengan BKKBN Pusat lalu diturunkan ke Jawa Tengah. Di Jawa Tengah ada 3 yang dijadikan percontohan, yaitu Brebes, Semarang dan Banyumas,” ujarnya setelah menghadiri acara MoU di Hotel Grand Candi (15/11/2022).
Kerja sama penanganan stunting di tahun pertama nantinya akan difokuskan di Kelurahan Tanjung Mas dan Kelurahan Kemijen. Selanjutnya, untuk tahun kedua dan ketiga akan diperluas di kelurahan lain.
Pelaksanaan MoU ini ditargetkan bisa selesai dalam kurun waktu 3 tahun. Tetapi, tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama di bidang kesejahteraan masyarakat lainnya.
“Saya harap kerja sama ini berhenti dalam tiga tahun, karena itu artinya jumlah stunting di Semarang sudah zero. Jadi, bisa digunakan untuk kerja sama kesejahteraan lainnya. Selama tiga tahun ini harapannya orang tuanya bisa berkomunikasi, anak-anaknya bisa lulus dan sehat dari stunting. Termasuk nantinya ada rumah singgah untuk anak stunting,” ujarnya.
Baca juga: Pernikahan Dini Disebut Jadi Penyumbang Angka Stunting di Kota Semarang
Di sisi lain, Direktur Program Early Childhood Education Development Tanoto Foundation, Eddy Hendry menerangkan, ada empat kegiatan utama dalam kerja sama ini. Yakni kampanye peningkatan pemahaman tentang stunting, komunikasi strategi perubahan perilaku, pelatihan Tim Pendamping Keluarga dan menyediakan rumah atau sentra pendampingan.
Eddy melanjutkan, kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut didasarkan pada kajian ilmiah penyebab stunting. Lalu, timnya memberikan bantuan yang diharapkan dapat menjadi solusi penanganan stunting di Kota Semarang.
“Ada tiga faktor penyebab stunting, yaitu pola makan, pola asuh, dan pola sanitasi. Tiga hal ini kita lakukan, bantuan akan sangat berdampak pada penanganan stunting secara signifikan,” tutupnya.
Editor: Kholistiono