31 C
Kudus
Sabtu, April 26, 2025

Lestarikan Punden dan Belik di Muria, Kampung Budaya Piji Wetan Bakal Dirikan Museum Folklor

BETANEWS.ID, KUDUS – Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) berencana melestarikan punden dan belik di Kawasan Muria yang kurang terawat. Puncak dari upaya itu, pihaknya akan membuat Museum Folklor.

Koordinator KBPW Muchamad Zaini menjelaskan, pendirian museum itu diawali dengan menggelar kajian cerita rakyat yang mengiringi empat punden dan belik yang akan dihidupkan kembali. Diskusi bertema ‘Tapangeli Muria Punya Cerita (Untuk) Apa?’ itu melibatkan Dosen Universitas Muria Kudus (UMK) dan Peniliti Folklor Muria M Kanzunuddin, Akademisi IAIN Kudus dan Sekretaris Paguyuban Pemangku Punden dan Belik Abdul Jalil, serta Budayawan dan Staf Khusus Bupati Kudus Umar, Sabtu (1/10/2022).

Menurut pria yang tenar dengan nama Jessy Segitiga itu, saat ini perlu adanya penataan serta pendataan mengenai punden dan belik dengan tujuan melestarikan kembali situs budaya yang telah ada di Gunung Muria.

-Advertisement-

Baca juga: Dinas Arpus Jateng Verifikasi Lumbung Baca di Kampung Budaya Piji Wetan

“Dari kajian ini nanti bisa disampaikan kepada Bupati mengenai permasalahan punden dan belik agar bisa digarap dengan serius, karena punden sudah ada strukturnya, sedangkan belik belum ada. Sehingga untuk anggaran di desa itu masih belum mendapatkan dan itu miris. Karena mau tidak mau belik menjadi peradaban yang harus kita jaga,” katanya.

Jika tak segera mengambil langkah serius, pihaknya takut punden dan belik yang tersisa di Muria lama kelamaan akan mati. Hal itu bisa saja lantaran faktor ekosistem dan sumber daya air yang tidak dijaga.

“Kalau di Muria ini saya melihat banyak belik-belik yang akhirnya mati, karena sumbernya tidak dijaga atau ekosistem sekitar tidak dirawat. Kita mendapati itu dan kita miris. Mumpung tiga belik di Muria ini masih hidup, kita mencoba aktivasi supaya hidup lagi,” imbuhnya.

Untuk membuat Museum Folklor, pihaknya tahun ini akan terlebih dulu membuat papanisasi untuk menghidupkan kembali punden dan belik. Tahun berikutnya, pihaknya akan memikirkan cara merawat dan menjaga kelestarian tempat tersebut. Lalu tahun ketiga baru ada resepsi kebudayaan.

Baca juga: Tim Dana Indonesiana Kemendikbudristek Lakukan Verifikasi Lapangan di Kampung Budaya Piji Wetan

“Target aksi kita akan memberi papanisasi dan pemberian instalasi berdasarkan folklor di punden dan belik. Namun sebelum itu kita membutuhkan konsolidasi pemangku delik dan pundennya terutama di Desa Lau. Nantinya kita berbicara banyak tentang papanisasi dan sedikit me-make up punden dan belik tersebut,” terangnya.

Jessy berharap, belik tidak hanya sekadar menjadi sumber mata air saja, melainkan tempat terjadinya sebuah diskusi baru mengenai dinamika dan dialektika budaya. Tentunya, tidak terlepas dengan pelestariannya.

“Harapannya belik tidak hanya menjadi suatu tempat untuk mandi, tapi memiliki kesejarahan yang patut dijaga dan dilestarikan. Anak-anak muda tidak lagi melihat, dulunya belik itu tempat mandi, tapi di situlah bisa terjadi jagongan, dinamika, dialektika,” pungkasnya.

Editor: Ahmad Muhlisin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER