BETANEWS.ID, KUDUS – Peternak sapi perah di Kabupaten Kudus merasakan dampak mewabahnya virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Satu di antaranya adalah Peternakan Sapi Sumber Sehat yang produksinya mengalami penurunan.
Di temui di kandang ternaknya, pemilik Peternakan Sumber sehat yakni Zainal Abidin (50) mengatakan, selama ada wabah PMK, produktivitas sapi miliknya terganggu. Sebelumnya, sehari ia bisa produksi 200 liter, kini hanya jadi 170 liter.
Baca juga: Pemkab Kudus Mulai Suntikkan Jatah 500 Dosis Vaksin PMK, Ini Jenis Ternak yang Jadi Prioritas
“Dampaknya ada, sejak ada wabah PMK produksi susu kami turun sekitar 15 persen per harinya. Tadinya bisa 200 liter kini hanya 170 liter per hari. Untuk harga masih normal Rp 20 ribu per liter,” ujar pria yang akrab disapa Zainal kepada awak media, Kamis (30/6/2022).
Dia mengatakan, saat ini memiliki sapi betina 19 ekor dalam masa laktasi atau menyusui. Setiap harinya, per ekor sapi tersebut mampu menghasilkan 8 hingga 15 liter susu segar.
“Namun, memang tak semua masa laktasinya baru. Ada juga yang mendekati masa afkir. Sehingga produksi susunya turun,” bebernya.
Dia mengatakan, sapi perah sebenarnya masa produktif menghasilkan susunya cukup panjang, yakni sekitar dua tahun. Setelah dua tahun, sapi itu akan memasuki masa afkir.
“Biasanya sebelum masa afkir sapi saya tukar tambah. Namun, karena saat ini ada wabah PMK, hal itu tidak bisa dilakukan. Sehingga produksi susu turun terus,” jelasnya.
Baca juga: Jateng Kembali Dapat Tambahan 75,5 Ribu Vaksin PMK, Paling Lambat 2 Juli Vaksinasi Selesai
Sebab, lanjutnya, di masa wabah PMK ini Zainal tidak berani beli sapi perah baru dari lain daerah. Padahal, biasanya pada masa normal, ia melakukan tukar tambah sapi perah dari Boyolali, dengan harga Rp 25 juta per ekor.
“Biasanya rutin setiap dua atau tiga bulan sekali melakukan tukar tambah satu atau dua ekor sapi perah yang sudah afkir. Sekarang tidak berani, menunggu keadaan normal dulu,” tandasnya.
Editor : Kholistiono