BETANEWS.ID, KUDUS – Suara ribuan bebek terdengar cukup keras di kandang warga Desa Undaan Lor, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Tampak seorang pria di sana sedang mengganti air minum dengan dikerebuti bebek berwarna cokelat itu. Dia adalah Mokhsin (45), peternak bebek petelur.
Saat ditemui di kandangnya, Mokhsin begitu ia akrab disapa bersedia berbagi informasi tentang usaha yang dirintis 2018 lalu itu. Dia mengatakan, usaha tersebut sangat menggiurkan dan menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurutnya, dalam sehari ia bisa mendapatkan omzet hingga Rp4 juta dengan keuntungan berseih mencapai Rp2 juta.

“Peternakan bebek ini sangat menjanjikan, karena sebelumnya saya sudah coba semua, mulai dari beternak kambing, burung puyuh, ayam pedaging, kerbau, dan lain sebagainya, tapi tidak semenjanjikan ini. Karena setiap hari beternak bebek petelur ini bisa mendapatkan uang terus menerus dari hasil telurnya,” beber Mokhsin kepada betanews.id, Kamis (9/6/2022).
Baca juga: Dianggap Lebih Menguntungkan, Taufiq Pilih Ternak Domba Dibanding Kambing
Saat ini, Mokhsin memiliki kurang lebih 2.500 ekor bebek yang bisa hasilkan sekitar 2.000 telur sehari. Telur itu dijualnya seharga Rp2.200 per butirnya, sesuai dengan harga saat ini.
“Kalau panen telur setiap harinya bisa 75 sampai 80 persen dari bebek yang ada. Hingga saat ini pasaran masih membutuhkan banyak telur untuk dikonsumsi. Jadi masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan,” jelasnya.
Baca juga: Dari Eceng Gondok yang Cemari Air, Suyatno Dapat Ide Ternak Kalkun yang Kini Hidupi Keluarganya
Ia menjelaskan, telur yang ia panen kebanyakan diambil dari pengepul dari daerah Jepara, Kudus, Semarang, dan Jakarta. Bahkan, ia saat ini kewalahan karena permintaan pasar banyak, tapi ia hanya bisa memanen telur 2.000 butir setiap harinya.
“Intinya pakan akan mempengaruhi terhadap produksi telur yang dihasilkan. Kalau saya biasanya setiap 100 ekor bebek harus dikasih pakan 12 kilogram. Pakan bisa dikombinasikan antara konsentrat, nasi aking, dan dedak,” ungkap bapak dua anak tersebut.
Editor: Ahmad Muhlisin