BETANEWS.ID, SEMARANG – Beberapa penjual janur dan selongsong ketupat tampak menggelar dagangannya di depan Pasar Karangayu Kota Semarang. Beberapa warga tampak mengerubuti lapak tersebut, dan saat pulang membawa janur atau selongsong ketupat. Salah satu penjual tersebut adalah Purwandi.
Di sela-sela melayani pembeli, Purwandi menceritakan penjualan tahun ini yang menurun dibandingkan tahun lalu. Padahal, ia mengaku berhenti bekerja di kontruksi demi bisa jualan selongsong ketupat.
“Saya sudah sejak kemarin jual selongsong ketupat,” jelasnya saat ditemui di depan Pasar Karangayu Semarang, Rabu (19/5/2021).
Baca juga: Terkenal Murah, Lapak Janur dan Selongsong Ketupat di Pasar Bitingan Ramai Dikunjungi Warga
Dalam satu hari, dia bisa mendapatkan penghasilan sebanyak Rp 100 ribu. Penghasilannya itu lebih sedikit jika dibandinkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Lebih sedikit, sepi. Tahun kemarin lebih banyak,” ujarnya.
Dia sendiri mengaku sudah jualan selongsong ketupat sejak 10 tahun yang lalu. Setiap menjelang lebaran dan perayaan Syawalan, dia tak pernah absen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
“Kalau saya jualan sudah 10 tahun, saya asli warga Genuk,” ujarnya.
Untuk harga satu selongsong ketupat yang dia buat diberi harga Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu. Harga tersebut merupakan harga rata-rata selongsong ketupat yang dijual di depan Pasar Karangayu.
“Saya jual sekitar Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu untuk satu kupatnya,” imbuhnya.
Baca juga: Ganjar Minta Bupati dan Wali Kota Antisipasi Keramaian Perayaan Syawalan
Hal yang sama dikatakan penjual selongsong ketupat lain, Kasmah. Menurutnya, penjualan selongsong ketupat tahun ini lebih sepi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski demikian, dia bersyukur masih bisa untung.
“Kalau dibilang sepi ya sepi tapi masih bisa untung,” katanya.
Biasanya, dia mulai jualan selongsong ketupat di depan Pasar Karangayu mulai jam 6 pagi hingga jam 3 sore menyesuaikan jumlah selongsong kutupat yang telah terjual.
“Ya beda-beda, tergantung habisnya kapan barangnya, kadang jam dua sore kadang juga jam tiga sore,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin