BETANEWS.ID, KUDUS – Sebuah salon di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, terlihat ramai oleh pengunjung. Beberapa ada yang sudah dilayani dengan treatment yang diinginkan, sebagian lain terlihat sedang menunggu antrean. Mereka menunggu dapat giliran layanan dari pria bertopi yang sibuk mewarnai rambut pelanggan. Pria itu adalah Muhamad Rosyid (33), pemilik Salon Ochik.
Ochik mengatakan, salonnya itu mempunyai berbagai macam treatment di salonnya, mulai dari potong rambut, smoothing, creambath, mewarnai rambut, dan masih banyak lagi. Tetapi ada satu layanan yang menjadi ciri khas Salon Ochik, yaitu hair tato.

“Yang jadi ciri khas Sochi salon adalah hair tatonya,” Beber Ochik di salon yang buka setiap Senin sampai Sabtu mulai pukul 8.00 WIB hingga 20.00 WIB itu.
Baca juga: Cerita Sukses Ochik, Mantan Kuli Bangunan yang Kini Punya 4 Salon
Selain mempunyai banyak pilihan treatment, Ochik melanjutkan, salonnya itu juga mematok harga terjangkau serta memberikan pelayanan yang baik dengan pengerjaan yang cepat dan hasil memuaskan.
“Saya mematok harga yang terjangkau dan standar mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 400 ribu,” ungkapnya.
Sejak berdiri beberapa tahun lalu, Salon Ochik kini sudah punya tiga cabang yakni dua Dawe dan satu di Bae. Pelanggannya tidak hanya dari Kecamatan Dawe, dan Kabupaten Kudus saja, tetapi ada dari berbagai daerah, mulai Jepara, Pati, Jawa Timur, dan masih banyak lagi. Ochik mengaku, jika ramai ia bisa melayani hingga 30 orang tiap harinya.
“Banyak juga peziarah dari berbagai daerah mampir ke sini,” pungkas Ochik.
Baca juga: Tampil Cantik dan Sehat Setiap Saat dengan Akupuntur di Klinik K&M
Salah satu pelanggan, Ambon mengaku sudah menjadi langanan di Salon Ochik selama 10 tahun. Ia rela nunggu potong rambut atau layanan lain di salon tersebut sampai ketika ada pesanan mengantar peziarah ke Makam Sunan Muria.
“Kebetulan saya salah satu pelaku pariwisata, jadi kalau saya sedang di Colo, saya selalu meluangkan waktu untuk sekedar potong ataupun mewarnai rambut di sini,” tandas warga Jawa Timur itu.
Editor: Ahmad Muhlisin