BETANEWS.ID, KUDUS – Sejumlah kaus polos tampak digantung di sebuah kios yang ada di Pasar Brayung, Kecamatan Mejobo, Kudus. Calon Presiden (Capres) fiktif Nurhadi (51) terlihat sedang merapikan kaus di sana. Sambil melipat kaus, dia berbagi cerita kepada betanews.id tentang penolakan anak-anaknya saat menjadi Capres fiktif pada Tahun 2019.
Nurhadi mengungkapkan, penolakan tersebut membuat dirinya harus adu mulut setiap hari dengan anak-anaknya. Hal tersebut lantara rasa khawatir, jika Nurhadi hanya dimanfaatkan oleh tim kreatif yang mengusung dirinya.
“Saat awal itu sekitar satu bulan saya debat terus dengan anak-anak. Pokoknya panas suasana di rumah, hanya istri saya yang mendukung, anak-anak tidak,” ungkapnya, Jumat (20/11/2020) saat ditemui di kiosnya.
Hingga akhirnya bapak emapat anak itu diundang dalam sebuah acara di televisi nasional. Mulai saat itu keempat anaknya mulai bisa menerima dan mendukung keputusan bapaknya.
Baca juga : Usai Berpasangan dengan Aldo pada 2019, Kini ‘Capres’ Nurhadi Gandeng dr Tirta
“Terutama anak saya yang pertama, dia khawatir saya dimanfaatkan dan dibully banyak orang. Tetapi setelah mereka melihat manfaatnya, dan saya juga diundang TV nasional, mereka baru bisa menerima,” cerita Warga Desa Golantepus, RT 06 RW 04, Kecamatan Mejobo, Kudus itu sambil tersenyum.
Ia juga tidak menyangka, jika pada Tahun 2019 mendapat respon yang luar biasa. Bahkan, untuk keamanan, dia sampai ada yang mengawalnya. Tak hanya itu, setiap hendak bepergian Nurhadi harus laporan.
“Saya kurang paham, entah dari Mabes Polri atau tentara, saya kurang tahu. Tapi saya disuruh lapor, dan di setiap lokasi saya merasa ada yang mengikuti. Saya kaget dikawal hingga awal Tahun 2020 itu,” katanya.
Pernah saat di luar kota, dia dikerumuni orang untuk minta berfoto. Saat itu tiba-tiba ada pria yang menghampiri dan mengawal.
“Ketika saya tanya, orang itu hanya menjawab, tenang saya orang bapak. Pokonya tahun itu saya tidak menyangka, pagi sudah sudah ditunggu wartawan seharian, mulai pagi bahkan tak sempat mandi,” pungkasnya sambil tertawa.
Editor : Kholistiono
