SEPUTARKUDUS.COM, PURWOSARI – Di tepi Jalan Kudus-Jepara Kelurahan Purwosari, Kecamatan Kota, Kudus tampak sebuah bengkel dengan pintu terbuka. Di Bengkel tersebut terlihat beberapa sepeda motor dengan kondisi mesin terbongkar. Tampak juga seorang pria berambut gondrong sedang memperbaiki mesin-mesin tersebut. Pria itu bernama Ahmad Zamroni (47), pemilik bengkel Arema Motor.

Di sela aktivitasnya tersebut, pria yang akrab disapa Roni itu sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com tentang bengkelnya. Dia mengungkapkan mulai buka bengkel sepeda motor pada tahun 1998. Menurutnya, sebelum membuka bengkel dirinya bekerja di bengkel di Malang selama 20 tahun. Namun karena ada masalah di bengkelnya tersebut, dia pindah kerja menjadi leasing.
“Tapi aku kerja jadi leasing tidak lama karena pada tahun 1998 Indonesia terjadi krisis moneter. Karena itu aku kena PHK, dan pulang ke Kudus. Karena aku punya bekal pengalaman kerja di bengkel selama di Malang, lalu aku memutuskan buka usaha bengkel sepeda motor yang aku beri nama Arema,” ungkapnya.
Warga Purwosari, Kota, Kudus itu mengatakan, memilih nama Arema karena sejak di Malang dirinya suka dengan klub bola setempat. Selain itu sebagai pengingat awal bertemunya Roni dengan istrinya, saat berada di Malang. Sekaligus juga sebagai pengingat ilmu montir yang dia dapatkan untuk memperbaiki sepeda motor didapat dari kota penghasil apel itu.
Dia mengungkapkan, pertama buka bengkel di Kudus berada di Jalan Ganesha. Menurutnya, pada waktu itu pelanggannya lumayan banyak, karena saat itu jumlah bengkel masih sedikit, sehingga minim persaingan. Di Arema Motor, dia menerima servis dan perbaikan untuk segala macam kerusakan sepeda motor.
“Servis berat, servis ringat, bongkar mesin, semua aku layani. Dari bebek hingga motor sport semuanya aku layani. Aku juga menerima perbaikan aneka sepeda motor tua. Yang penting tidak Vespa ya, soalnya aku tidak menerima jasa servis Vespa,” ujar Roni.
Pria yang dikaruniai tiga anak itu merinci, untuk servis ringan atau umum dirinya memberi tarif Rp 35 ribu. Harga tersebut dikatakan tidak termasuk harga oli. Untuk turun mesin standar dibebankan biaya sekitar Rp 150 ribu dan turun mesin berat dia mengaku minta imbalan harga Rp 200 ribu.
“Harga tersebut hanya untuk tenaga saja. Kalau saat perbaikan ada spare part yang harus diganti, biaya dibebankan kepada pelanggan. Untuk melengkapi, kami juga menyediakan aneka spare part sepeda motor agar mempercepat proses perbaikan serta agar pelanggan tidak ribet,” ungkap Roni yang mengaku dalam kurun sebulan ada sekitar 150 unit motor yang datang ke Arema Motor untuk diservis.