SEPUTARKUDUS.COM, GETASSRABI – Suara gergaji terdengar di ruang atas rumah di Dukuh Srabi, Desa Getassrabi, Kecamatan Gebog, Kudus. Nampak dua orang pemuda yang sedang memotong dan memaku kayu yang dibentuk seperti tempat jemuran. Kusnadi (20) dan Ali Kusmanto (25), kedua orang yang tergabung dalam Karang Taruna desa tersebut. Mereka sedang membuat dudukan tempat sampah yang hendak dibagikan kepada warga awal Maret mendatang.



Kusnadi, selaku Ketua Karang Taruna Getassrabi, sudi berbagi penjelasan tentang program pembagian karung sampah kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan, pembagian tempat sampah itu berawal dari gejolak pemuda yang prihatin melihat kebiasaan warga membuang sampah di sungai. Kemudian muncul gagasan untuk membagikan karung tempat sampah sekaligus dudukannya di setiap rumah warga. Mereka menyiapkan 1500 karung tempat sampah untuk dibagikan ke 500 rumah yang ada di Dukuhnya.
“Kami berencana membagikan tiga karung tempat sampah kepada setiap rumah. Di Dukuh Serabi ada sekitar 500 rumah, jadi kami butuh 150 karung. Untuk dana awal kami menggunakan dana pinjaman, tapi nantinya setiap warga kami kenakan biaya kebersihan minimal Rp 10 ribu tiap bulan,” ungkap anak terakhir dari tiga bersaudara itu.
Dia menjelaskan, nantinya sampah akan dipisahkan menjadi tiga jenis, agar pihaknya tidak perlu membutuhkan banyak waktu untuk memisahkan. Kusnadi juga menjelaskan tiga jenis sampah yang akan di bagi, yang pertama jenis sampah organik, misalnya daun-daunan.
“Kedua sampah jenis nonorganik yang bisa langsung dijual, contohnya kaleng dan botol. Ketiga jenis sampah nonorganik yang masih perlu diolah, contoh sampah plastik. Kami sengaja memberi tiga karung tempat sampah agar kami tidak perlu membuang banyak waktu untuk memisahkan,” jelasnya.
Ali Kusmanto, Koordinator Bidang Lingkungan Karang Taruna Desa Getassrabi menambahkan, saat ini jumlah anggota pengelolaan sampah ada sekitar 45 orang. Terdiri dari perwakilan 10 RT masing-masing tiga orang. Ditambah 15 anggota Karang Taruna.
Tombol, begitu dia akrab disapa, menerangkan bahwa gagasan untuk mengelola sampah tidak lepas dari dukungan pembina. Karena pembina bekerja di Dinas Llingkungan Hidup Kabupaten Jepara. Pihaknya merasa terbantu dengan arahan dan masukan dari orang yang lebih berpengalaman dalam hal menangani samapah.
“Selain diberi masukan dari pembina, kami juga melakukan survei di Desa-desa terdekat yang kami ketahui ada aktivitas pengelolaan samapah. Misalnya di Desa Besito dan Desa Garung Kidul. Setelah kami cari informasi kemudian kami diskusikan dan kami inovasi jika kami rasa masih ada kekurangan,” terangnya.