SEPUTARKUDUS.COM, PURWOSARI – Di tepi Jalan HM Subchan ZE Kelurahan Purwosari, Kecamatan Kota, Kudus, tampak rumah berwarna hijau dengan halaman cukup luas. Di halaman rumah tersebut terlihat ratusan kerupuk mentah (krecek) dijemur dengan alas anyaman bambu. Di dalam bangunan rumah tersebut tampak seorang pria mengecek ribuan krecek yang berada di dalam tungku oven. Pria tersebut bernama Asep Zarkasi (37), pemilik usaha pembuatan kerupuk yang tak pernah khawatir produksi kerupuknya menurun meski tiap hari hujan turun.

Di sela aktivitasnya tersebut, pria yang akrab disapa Aang itu sudi berbagi kisah tentang usahanya tersebut kepada Seputarkudus.com. Dia menuturkan, usaha kerupuk tersebut didirikan oleh kakeknya sejak tahun 1958. Dan sejak dulu pula produksi kerupuk yang sekarang Asep kelola, selalu stabil dan tak pernah menurun produksinya meskipun musim hujan. Karena menurut Asep usaha kerupuk miliknya tersebut sudah mempunyai ruangan oven peninggalan kakeknya.
“Dengan ruang oven peninggalan kakekku, aku tak pernah khawatir ribuan kerecek yang diproduksi tak kering. Karena ruangan oven untuk mengeringkan ribuan kerecek ini dibuat oleh kakekku. Sejak memiliki ruangan oven tersebut, produksi kerupuk tetap stabil meskipun setiap hari turun hujan terus menerus. Karena ruangan oven tersebut setiap hari mampu mengeringkan sekitar 30 ribu kerecek setiap hari,” ujar Aang.
Pria yang menjadikan rumah tinggalnya sekaligus tempat usaha itu mengatakan, 32 ribu kerecek tersebut terdiri dari kerecek bakal kerupuk besar sekitar 12 ribu, dan kerecek untuk kerupuk kecil sekitar 20 ribu. Sedangkan di ruang oven tersebut memiliki sekitar lima tungku untuk mengeringkan semua kerecek yang diproduksi. Aang mengatakan, meskipun tungku buatan kakeknya itu masih manual namun bisa diandalkan dan sangat membantu proses pengeringan kerecek saat cuaca tek menentu.
Baca juga: Video: Pembuatan Kerupuk di Desa Purwosari Ini Dilakukan Secara Tradisional untuk Menjaga Cita Rasa
Aang mngungkapkan, tak tahu persis berapa harga untuk membuat ruangan sekaligus tungku oven tersebut. Namun menurutnya dengan memiliki ruangan oven tersebut para pelangganya selalu kebagian kerupuk. Dia juga mengungkapkan, usaha kerupuk yang didirikan oleh kakeknya tersebut sudah memiliki banyak pelanggan. Hingga seluruh produksi kerupuknya selalu habis terjual dalam sehari.
“Para pelanggan yang merupakan pedagang kerupuk datang membeli kerupuk saat sore hari. Mereka datang saat kerupuk-kerupuk tersebut baru diangkat dari penggorengan dan masih hangat,” ujarnya.
Aang menuturkan, menjual kerupuknya tersebut kepada para pelanggannya dengan harga Rp 300 per biji. Setiap pembelian seratus biji kerupuk mendapatkan bonus antara 20 sampai 30 kerupuk. Sedangkan untuk harga eceran dia mengaku menjual kerupuk dengan harga Rp 400 pe rbiji.
“Aku memang membedakan antara pelanggan (bakul) dengan pembeli perorangan, meskipun ada orang yang datang membeli kerupuk dalam jumlah ribuan. Namun orang tersebut tidak langganan, maka harganya ikut harga ecer. Karena itu merupakan komitmen dengan para pelanggan, agar aku tak menyamakan harga para pelanggan dengan pembeli sesekali datang” jelasnya.