SEPUTARKUDUS.COM, RENDENG – Sebuah rumah di Desa Rendeng RT 5, RW 2, Kecamatan Kota, Kudus, tertulis Panti Pijat Tunanetra Anisa di bagian depannya. Terlihat tiga pria di ruang tamu, dua di antaranya tunanetra yang menjadi tukang pijat di panti tersebut. Tak lama keluar seorang pria dari ruang pijat. Dia yakni Joko Susanto (40). Dia mengaku cocok pijat di panti itu, karena setelah pijat badannya dirasa lebih ringan.
Pemijat di Panti Pijat Tunanetra Anisa medang memijat kaki pasien. Foto: Ahmad Rosyidi |
Joko begitu dia akrab disapa, sudi berbagi kesan kepada Seputarkudus.com, selama pijat di panti tersebut. Dirinya mengaku rutin pijat di Panti Pijat Tunanetra Anisa. Dia mengungkapkan hampir satu pekan sekali datang untuk pijat. Joko yang bekerja di percetakan, mengaku badannya terasa capai setelah bekerja selama satu pekan dan merasa butuh pijat untuk menjaga kebugaran.
“Ini kelima kalinya saya pijat di sini. Biasanya satu pekan seklai saya datang ke sini. Saya bekerja dipercetakan, jadi saya merasa butuh menjaga kebugaran dengan dipijat. Karena setelah pijat di sini saya merasa cocok, badan saya terasa lebih ringan dan fresh kembali,” ungkap warga Rendeng itu.
Paimo (49) yang sehari-hari menjadi penjaga disana mengungkapkan, Panti Pijat Tunanetra Anisa pemijatnya memang tunanetra semua. Paimo mengaku sudah mendampingi Anisa sejak tahun 1999. Berawal dari dia berlangganan pijat waktu itu, kemudian dia menawarkan diri menjadi penjaga.
Dia menjelaskan bahwa Panti Pijat Tunanetra Anisa buka mulai pukul 8.00 WIB, hingga pukul 21.00 WIB. Sedangkan pijat perut, pasien bisa datang lebih pagi, karena lebih baik dipijat setelah bangun tidur sebelum makan dan minum keadaan perut kosong. Dan tutup hanya satu bulan sekali, pada hari minggu di minggu kedua.
“Saya sudah lama ikut di sini, sejak masih buka di Kecamatan Kota sekitar tahun 1999 waktu itu. Kami buka hampir setiap hari, kecuali Minggu di pekan kami libur satu kali setiap bulan,” jelas pria tiga anak itu.
Paimo juga merinci paket harga di Panti Pijat Tunanetra Anisa, untuk pijat biasa Rp 35 ribu, pijat lulur Rp 50 ribu, dan pijat panggilan Rp 60 ribu. Dan pasien biasanya pesan lewat telepon terlebih dahulu, jadi tidak perlu menyantri. Dia mengatakan, setiap hari pasti ada pasien yang datang, dan saat pasien tidak mau dipijat wanita biasanya dirinya menjemput tukang pijat tunanetra pria yang sudah kerjasama dengannya.
“Biasanya pasien pesan dulu, tapi kadang ada yang sudah telepon tetapi tidak jadi datang, baru melayani pasien yang belum memesan. Saya juga biasa antar jemput tukang pijat tunanetra yang biasa membantu di sini, ada sekitar lima tukang pijat tunanetra yang sudah kerjasama saat pelanggan terlalu banyak atau butuh tukang pijat pria,” tambah Paimo.
Selain dari Kudus, Paimo juga merinci pasien yang adari luar kota. Ada pasien yang datang dari Demak, Jepara, Pati, Semarang, Kendal, Purwodadi, dan pasien dari Madura juga ada. Tetapi sebagian besar pasien datang dari Kudus sendiri.