SEPUTARKUDUS.COM, PANJANG – Di tepi Jalan Sosrokartono, tepatnya di depan pos satpam CV Mulyorahardjo, terlihat seorang pria mengenakan kaus putih berjaket, sedang duduk di antara beberapa samuari. Tampak sesekali karyawan yang lewat di depannya tertarik kemudian melihat-lihat produk yang dijualnya. Pria itu bernama Vicky (23), penjual samurai asal Bandung.
Vicky sedang duduk di depan pos satpam CV Mulyoharjo menawarkan samurai kepada karyawan perusahaan setempat. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari berbincang-bincang dengan calon pembeli, kepada Seputarkudus.com, Vicky sudi berbagi kisah tentang usaha yang dijalaninya saat ini. Dia menjelaskan, menjadi penjual pedang samurai keliling sudah berlangsung sekitar enam tahun, tepatnya sejak tahun 2010. Usaha tersebut pertama kali dirintis oleh ayahnya. Karena kondisi ayahnya tidak lagi memungkinkan untuk berjualan, dia yang meneruskan usaha itu.
“Sebenarnya ini usaha ayah saya. Berhubung ayah sudah tidak kuat berjualan lagi, jadi saya yang melanjutkan. Ini pertama kalinya saya berjualan di Kudus. Saya berjualan pindah-pindah tempat. Kadang hari ini di Kudus, besok bisa berjualan di Pati, Juwana, Rembang, Lasem, Lamongan, Tuban, kadang juga di Jakarta,” ungkap Vicky waktu ditemui di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kudus.
Dia menjelaskan, yang setiap hari dirinya membawa beban 50 kilogram berjalan kaki berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain untuk berjualan. Dia bersama tiga orang temannya dari Bandung. Selama berjualan, dia mengaku menyewa rumah di Desa Tanggulangin, Kecamatan Jati, Kudus, sebagai tempat untuk istirahat.
“Tiga bulan sekali saya pulang ke Bandung, sementara sekarang saya tinggal di Tanggulangin bersama tiga orang teman saya,” ungkapnya.
Pria yang mengaku belum berkeluarga ini mengatakan, selain menjual pedang samurai, dia juga menjual beberapa produk sejenis. Di antara barang yang dia jual yakni pisau, golok, dobel stik, keris maupun kujang, yang semuanya dia peroleh dari produsen di Bandung. “Benda-benda yang saya jual semua dari Bandung dan asli buatan orang Bandung,” ujarnya.
Dia menambahkan, harga produk yang dijual berbeda-beda, tergantung besar, kecil maupun bahan yang digunakan. Untuk pedang samurai dia jual seharga Rp 100 ribu hingga Rp 900 ribu. Sedangkan kujang, keris, dobel stik seharga Rp 90 ribu, golok Rp 250 ribu dan pisau Rp 50 ribu.
“Bahan ada yang dari baja putih, kuningan, baja hitam, ada pula yang dari bahan pegas mobil. Saya berjualan mulai pukul 8.00 WIB hingga 17.00 WIB. Kadang sehari mendapat Rp 500 ribu, kadang lebih dari Rp 1 juta. Hari ini, baru Rp 900 ribu yang bisa saya dapatkan,” tambahnya.
Untuk modal awal memulai usaha, dia mengaku mengeluarkan uang sekitar Rp 100 juta untuk membeli produk benda tajam tersbeut. Omzet per bulan tidak bisa dia pastikan. Untuk keuntungan bersih bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 6 juta per bulan.