Karyawan menata kerupuk mentah usai di jemur. Foto: Sutopo Ahmad |
Di tengah kesibukannya memproduksi kerupuk pesanan dari pelanggan, Acong, begitu Aris Susanto akrab disapa, sudi berbagi cerita tentang usaha yang dia jalankan bersama rekannya. Usahanya tersebut dimulai sejak 2015 lalu, atau sekitar satu setengah tahun. Modal yang dikeluarkan mencapai Rp 1 miliar.
“Modal yang saya kami keluarkan dulu Rp 1 miliar, untuk membeli alat, bahan baku dan membangun tempat. Sedangkan omzet, kami saat ini antara Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per bulan,” ujar Acong kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Dia menjelaskan, bahan kerupuk buatannya terdiri dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu rahasia. Semua bahan baku pembuatan kerupuk dia beli di Kudus.
Pria yang menyandang gelar Sarjana Psikologi di Universitas terkemuka di Indonesia ini mengatakan, pemasaran kerupuk dilakukan dengan cara tradisional outlet dan modern outlet. Tradisional outlet yakni menawarkan produk ke sejumlah warung makan, sedangkan modern outlet dengan cara promosi langsung ke instansi-instansi maupun perusahaan. “Pelanggan kami kebanyakan dari wilayah Kudus,” ungkapnya.
Dia menambahkan, setiap satu blek kerupuk dia banderol seharga Rp 20 ribu, berisi 50 kerupuk. Untuk satuan, harga kerupuk yang ditawarkan seharga Rp 400. Saat ini, dengan dibantu tujuh karyawan, dalam sehari pihaknya mampu memproduksi kerupuk sebanyak 1.000 biji.
Sementara itu, Alexander Bambang Suryo Jatmiko mengungkapkan, keunggulan kerupuk buatannya terletak pada aroma bawangnya yang khas. Saking khasnya, pelanggannya sering menyamakan rasanya seperti Sarimi, ada juga yang menyebut seperti snack Taro.
“Kadang kalau pelanggan itu datang, kami sering menyapa dia dengan panggilan Pak Sarimi,” ungkap Alex, pria kelahiran Kabupaten Klaten waktu ditemui di tempat produksi.
Alex yang mengaku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini menceritakan, sebelum menjadi pengusaha kerupuk, dia bekerja sebagai karyawan di Polytron. Dia memilih membuat kerupuk, karena setiap orang butuh makan krupuk, dan produk yang dia buat pasti akan mudah dijual. “Kerupuk itu semua orang butuh, kan makan tanpa kerupuk terasa kurang komplit,” ujarnya.