tersebut. Setelah ditimbang, daging tersebut dibungkus daun jati
lalu dimasukkan kedalam plastik putih berlabel Menara Kudus.
Panitia kurban Masjid Menara Kudus membungkus daging menggunakan daun jati. Foto-foto: Imam Arwindra |
Kegiatan
tersebut dilakukan panitia kurban Masjid Al-Aqsa Menara Kudus, Rabu
(14/9/2016). Deni Nur Hakim, panitia kurban Masjid Al-Aqsa,
menuturkan, daging-daging itu sengaja dibungkus menggunakan daun jati supaya menjaga agar
tetap segar. Menurutnya, selain itu untuk menjaga agar daging tidak
terkontaminasi langsung dengan plastik. Belasan daun jati itu didatangkan dari pasar-pasar di Kudus.
“Kami
pastikan daging kurban (Masjid
Al-Aqsa) benar-benar bersih, sehat dan layak konsumsi. Kami mengestimasi
akan ada sekitar 11.000 bungkus dan akan dibagikan ke seluruh wilayah
di Kudus,” tutur Deni kepada Seputarkudus.com saat ditemui di Gedung
YM3SK (Gedung ex Manggala).
Kepada Seputarkudus.com Deni menjelaskan, Masjid Al-Aqsa
Menara Kudus tahun ini menerima kurban 16 kerbau dan 31 kambing. Menurutnya, setiap bungkus terdapat dua ons
daging murni. Jika ditambah jeroan dan balungan. diperkirakan ada sekitar empat ons.
terfokus di satu tempat. Menurutnya, jika pembagian daging terfokus di satu
tempat pasti nanti akan terjadi saling rebut. “Kami sudah membentuk kordinator di setiap kecamatan. Nantinya mereka
akan mengirim data desa mana yang membutuhkan daging. Namun data tersebut dua
pekan sebelum pelaksanaan sudah diverifikasi oleh panitia, supaya tepat
sasaran,” jelasnya.
Deni menjelaskan, desa-desa di sembilan kecamatan yang dipilih
yakni yang minim kurban. Desa tersebut dipilih juga karena tidak dapat stok daging
dari Jam’iyyatul Hujjaj Kudus (JHK) dan Masjid Agung Kudus. Untuk kordinator
setiap kecamatan pun panitia tidak asal pilih. Menurutnya, kordinator yang
dipilih sudah belasan tahun bekerja sama dengan panitia.
“Jadi sudah ada rasa
saling percaya. Intinya kami akan bagi merata keseluruh kecamatan di Kabupaten
Kudus. Jadi setiap kecamatan beda-beda jumlahnya,” tuturnya.
Deni menuturkan tidak menerima kurban sapi karena menjalankan ajaran
Sunan Kudus. Menurutnya, sapi hewan yang dimulyakan oleh masyarakat
pemeluk Hindu pada zaman Syekh Ja’far Shodiq. Selain itu, juga menjadi strategi Sunan Kudus agar pemeluk
Hindu agar masuk Islam tanpa paksaan.
“Menurut kepercayaan orang Hindu dulu, sapi
adalah hewan yang dimulyakan. Ada beberapa sekte juga menganggap sapi menjadi
sesembahan. Ada juga dewa yang tunggangannya sapi,” terangnya.